Banyak Cara Dia untuk Menolong Kita

(Rev. J.H. Lesnussa-Berita Mimbar Magazine)

Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu. (1Raj.17:6). Kalau saja semua orang mencontoh burung-burung gagak itu maka kecil sekali kemungkinan terjadinya berbagai penyimpangan finansial alias korupsi di negeri ini. Mengapa? Burungburung gagak yang sering dianggap sebagai burung liar ini tidak menganggap bahwa makanan berupa roti dan daging yang mereka peroleh itu untuk diri mereka sendiri. Dengan kata lain, mereka tahu yang mana atau seberapa yang menjadi haknya. Hal ini bukan berarti bahwa burungburung itu memberi Elia sisa dari yang mereka makan.

Tidak diceritakan secara teknis bagaimana penyaluran makanan tersebut, tapi dipastikan bahwa burung itu dengan sengaja membagi sesuai porsinya. Mereka mengambil yang menjadi haknya dan memberikan porsi yang lain untuk hamba Allah. Menakjubkan bukan? Dari kisah tersebut timbullah pertanyaan, bagaimana mungkin hal itu terjadi? Bagaimana mungkin burung bisa bertindak seperti (bahkan lebih baik) dari manusia. Secara alami, burung hanya akan memikirkan sesama spesiesnya. Jawabnya sederhana, karena burung itu diperintahkan oleh Tuhan (burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.” ayat 4).

Oleh kuasaNya, Allah memampukan burung itu untuk berbuat seperti manusia. Bahkan bisa dikatakan perbuatan burung itu lebih baik dari perbuatan sebagian manusia yang adalah ciptaan tertinggi dari Allah. Satu hal yang pasti dari kisah ini adalah Allah memiliki banyak cara untuk menolong umatNya. Cara-cara Allah sering kali mengherankan sekaligus mencengangkan. Ini selaras dengan apa yang Dia firmankan dalam Pil 4:7: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Dialah jawaban atas persoalan dan kebutuhan kita. Situasi sekeling kita, yang kita lihat yang kita dengar boleh saja sulit bahkan terasa tak mungkin dijadikan tempat bergantung, namun Penolong kita turut berkarya dalam situasi itu.

Banyak orang berdiam diri melihat kesusahan saudaranya. Lebih memprihatinkan karena tidak jarang dan tidak sedikit manusia menyakiti dan merugikan sesamanya. Dalam hal motivasi, dipastikan bahwa gagak-gagak itu tidak memiliki pamrih saat mereka melakukan kebaikan terhadap Elia. Mereka tidak mengharapkan apapun sebagai balasan atas kebaikan yang mereka lakukan. Kebaikan seperti ini hendaknya menjadi keteladanan di saat tidak banyak situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi orang untuk melakukan kebaikan tersebut. Inilah saat bagi setiap orang percaya untuk menyadari panggilannya sebagai utusan kasih sorgawi bagi jiwajiwa yang terhilang dan bagi mereka yang mengalami kekurangan. Nampaklah jelas bahwa kebaikan burung itu terjadi hanya oleh karena burung itu bertindak sebagaimana yang diperintahkan Allah. Perbuatan burung itu memberi manfaat bagi Elia. Ini merupakan sesuatu yang indah untuk direnungkan. Secara visual, itu juga merupakan pemandangan yang indah untuk disaksikan. Hal yang sama juga harus terjadi dalam kehidupan orang percaya. Untuk bisa mendatangkan halhal yang indah, seseorang harus melakukan perintah Allah. Kebaikan harus dilakukan karena itu merupakan perintah Allah, bukan karena pamrih. Mernang itulah kewajiban kita sebagai manusia, yaitu berbuat kebaikan.