Jendela Dunia Baru

Beberapa tahun yang lalu, saya tinggal disebuah bangunan apartemen tempat tinggal saya. Saya bisa memandang melampaui lorong antara dua bangunan apartemen ke arah apartemen sebelah yang sama lantainya dengan saya. Di situ tinggal seorang wanita, yang tidak saya kenal, sekalipun saya bisa melihat begitu ia duduk di dekat jendela setiap sore untuk merajut atau membaca.Setelah beberapa bulan berlalu, saya mulai mendapati jendala itu nampak kotor. Segala sesuatu telah kabur karena corengan. Saya berkata kepada diri sendiri, “heran, mengapa wanita itu tidak membersihkan jendela apartemennya?Jendela itu kelihatan mengerikan!”

Pada suatu pagi yang cerah, saya memutuskan untuk membersihkan apartemen saya sesuai dengan kebiasaan tahunan. Juga saya mencuci kaca jendela bagian dalam.Pada petang hari, setelah semua rampung, saya duduk dekat jendala dengan secangkir kopi pelepas lelah. Saya terkejut. Di sebelah sana, wanita itu terlihat duduk dekat jendela seperti biasanya. Saya bisa melihatnya dengan jelas. Jendela apartemennya bersih!Kenyataan itu menyedarkan saya. Saya mengeritik jendelanya yang kotor, tetapi saya memandang lewat jendela saya sendiri yang kotor!Hal itu benar-benar pelajaran yang obyektif. Betapa sering saya melihat, dan mengeritik orang lain melalui selubung kedunguan saya sendiri, melalui kabut kekurangan saya sendiri.

Sejak itu, setiap kali saya tergoda untuk menghakimi orang, terlebih dahulu saya bertanya kepada diri saya sendiri, “Apakah saya melihat kepadanya melalui jendela saya sendiri yang kotor ?” Kemudian saya mencoba menggosok, memoles jendela dunia saya sendiri supaya saya dapat melihat dunia luar dengan lebih jelas. Dan tahukah Anda? Cara itu terbukti ampuh. ( Ruth E Knowlon, Majalah Berita Mimbar)