PELAYANAN KOMPLEKS PENDETA PEDESAAN

Kenneth C, Thasher
PENDAHULUAN
Tom baru-baru saja tamat dari seminari dan menerima pelayanan kependetaannya yang pertama secara purnawaktu. Gerejanya terletak dalam sebuah masyarakat desa yang kecil. Tom lahir dan tumbuh-kembang di kota besar, tetapi ia selalu berpikir bahwa akan menyenangkan hidup di alam pedesaan. Kini, ia mempunyai kesempatan untuk mengalami hidup di pedesaan Amerika.
Segera ia melihat bahwa ada perbedaan yang meyolok antara kehidupan perkotaan dan kehidupan pedesaan. Sikap, falsafah, dan pendekatan-pendekan terhadap kehidupan berbeda. Tom tidak pernah berharap bahwa akan ada perbedaan dalam daerah ini. Ia sadar bahwa beberapa penyusuaian diri perlu dilakukan.
Pada saat permulaan, Tom difrustrasikan oleh lingkungannya yang baru. Ia berusaha keras untuk membuat anggota-anggota jemaatnya menerima dan melakuan banyak hal seperti cara nya. Namun cara perlahan-lahan ia mulai menyadari bahwa ia perlu belajar sedikit-demi sedikit tata cara orang-orang pedesaan melakukan sesuatu. Ia menemukan bahwa jemaatnya mau menolong dia untuk “menyesuaiakan diri” dengan cara hidup mereka yang lain macam.
Tom dan jemaatnya mulai belajar-mengajar, satu dengan yang lain. Ia tidak pernah berpikir bahwa dalam menjalankan perubahan pikiran bahwa dalam menjalankan perubahan pikiran ada banyak kesenangan yang diperoleh. Ia akan selalu menghargai kemenagan-kemenangan yang indah saat-saat permulaan kependetaannya itu.
Bill adalah salah seorang kawan Tom yang sama-sama tamat dengannya; dua orang dengan latar belakang yang mirip. Bill dengan tak sabar menerima panggilan untuk menjadi pendeta di daerah pedesaan Amerika sangat berbeda dengan kawannya.
Seperti Tom, ia menemukan kehidupan pedesan sangat berbeda dari apa yang diharapkan. Ia segera menjadi frustrasi karena ketidak kemampunannya untuk berkomunikasi secara baik dengan jemaat. Ia nampak tidak menghargai mengapa mereka tidak mau mengikuti kepemimpinannya tanpa bertanya-tanya.
Setelah beberapa bulan frustrasi, ia mulai memberi jalan kepada keputus-asaan. Bill gagal untuk menyadari bahwa pendeta harus belajar dari jemaat. Ia tidak balajar bahwa saling bertukar pendapat dapat menjadi suatu pelajaran pengalaman untuk semua yang terlibat. Ia bersiap-siap untuk segera meninggalkan gereja pedesaan itu.
Pangalaman dua orang ini umumnya terjadi diantara para pendeta. Kependetaan saat-saat permulaan dari banyak anak muda dalam lingkungan masyarakat pedesaan. Banyak diantar pendeta-pendeta anak muda ini tidak mempunyai latar belakang pedesaan. Beberapa diantara mereka tidak pernah belajar bahwa gaya hidup pedesaan mempunyai kwalitas uniknya tersendiri.
Daerah pedesaan dan daerah perkotaan Amerika berbeda. Di daerah tertentu, perbedaan itu agak kabur, namun, di daerah lain perbedaannya nampak dengan jelas. Perbedaan-perbedaan itu mempengaruhi gereja dalam hidup bermasyarakat. Pendeta harus peka terhadap perbedaan ini. Ia mensti mampu membimbing jemaat supaya mereka tidak merasa bahwa mereka dipaksakan untuk membuat perubahan-perubahan. Juga, ia mesti menerima kenyataan bahwa ada lebih dari satu cara untuk melakuan suatu hal.
GERJA PEDESASAN DAN PERTUMBUHAN JEMAATNYA
Pad tahun 1940 dan 1950, masyarakat pedesaan di Amerika Serikat mulai mengalami perubahan-perubahan pertamanya yang nyata. Pengenalan peralatan pertanian modern menyisihkan sejumlah besar tenaga kerja pertanian, transportasi di kota-kota mulai dibuka; pekerja-pekerja pertanian mulai menganggur pergi mencari kesempatan-kesempatan kerja.
Pertanian menjadi firma usaha yang lebih mirip firma perkotaan keluarga kecil yang mengoperasikan pertanian kecil mulai berkurang. Pertanian-pertanian kecil diambil alih oleh pertanian yang berkepaital tinggi yang distafi oleh ahli-ahli pertanian yang terdidik. Ukuran populasi pertanian telah dan terus mundur dalam beberapa tahun.
Ketika pertanian-pertanian kecil mulai tidak nampak, populasi masyarakt pedesaan mulai berkurang pula. Sekolah-sekolah dan gereja-gereja masyarakat mulai mengalami pemunduran secara drastis. Karena tekanan-tekanan iuran, banyak sekolah setempat dibagunkan. Hanya gereja setempat yang tetap. Toko-toko umum untuk masyarakat terpaksa menutup pintunya.
Elsodus ke kota-kota merupakan kemungkinan lain yang anggap oleh masyarakat pedesaan itu sebagai salah satu jalan keluar dari tekanan-tekanan yang ada. Untuk pertama kali, banyak keluarga-keluarga yang terpaksa berpisah dengan anggota keluarga yang lain. Begitulah anak-anak para petani bertumbuh dewasa, banyak diantara mereka mulai meninggalkan tanah pertanian mereka mulai mencoba mencari kesempatan-kesempatan yang baik di kota. Jumlah kehadiran dalam gereja lokal terus menerus menurun. Banyak rumah-rumah sewa yang dibiarkan kosong oleh para eksudus mulai membusuk rusak.
Setelah beberapa tahun, masyarakat pedesaan mulai stabil kembali. Mereka berusah dengan keras untuk membuat yang terbaik dari keadaan mereka. Secara bertahap, mereka terbiasa kedalam rutinitas yang tetap.
Pada tahun-tahun belakangan masyarakat pedesaan mulai mengalami beberapa perubahan. Pada saat ini orang-orang mulai berimigrasi kembali ke daerah pedesaan. Kecendrungan ini mungkin akan terus berlanjut untuk beberapa tahun berikut. Perubahan-perubahan baru ini menciptakan penyesuaian baru bagi masyarakat pedesaan.
Beberpa faktor telah disumbangkan pada kecendrungan baru ini, Industri-industri kecil mulai berlokasi di daerah masyarakat pedesaan. Beberapa orang diantara mereka yang sebelumnya telah pindah ke beberapa kota, kini kembali untuk bekerja pada pabrik setempat. Beberapa orang dari antara mereka yang telah memperoleh pekerjaan di kota-kota itu tidak suka hidup di kota. Tersedianya kendaraan bermotor dan jalan yang beraspal licin merupakan jawaban terhadap keadaan mereka yang menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka sanggup untuk pulang ke daerah pedesaan sambil tetap bekerja di kota. Karena sarana transportasi yang memungkinkan, mereka dapat setiap kali berangkat ke kota untuk bekerja sora pulang lagi ke tempat mereka di daerah pedesaan.
Urbanisasi telah mendatangi pedesaan Amerika melalui kelistrikan, telefon, televisi, alat-alat modern lainnya, dan perubahan yang semakin baik. Jalan-jalan yang semakin baik memungkinkan para petani memasarkan produksi pertanian lebih cepat. Juga, hal itu semakin memudahkan para petani untuk berbelanja di toko-toko kota besar.
Perubahan-perubahan adat kebiasaan pedesaan
Re-eksodus, kembali ke daerah pedesan telah menyebabkan beberapa perubahan kultur pada beberapa tahun di muka. Dari sekian perubahan, beberapa diantaranya akan tidak muda diterima; mereka yang telah hidup di dalam masyarakat itu untuk sekian tahun lamanya akan menentang perubahan.
Orang banyak yang pindah ke daerah masyarakat pedesaan membawa bersama mereka adat kebiasaan kota mereka. Mereka berusaha agar masyarakat pedesaan itu menerima nilai-nilai adat kebiasaan mereka. Mereka mempunyai banyak pengaruh dalam masyarakat itu. Tetapi radio dan televisi mempunyai pengaruh yang paling banyak dan merangsang perubahan adat kebiasaan pedesaan.
Sekolah-sekolah mempunyai pengaruh yang penting dalam beberapa perubahan adat kebiasaan. Buku-buku teks tidak selamanya menggambarkan kehidupan pedesaan; buku-buku itu lebih menggambarkan kehidupan pendatang modern. Kebanyakan guru dalam masyarakat pedesaan tidak berbagi-membagikan adat kebiasaan tradisional pedesaan. Mereka ingin mendorong masyarakat pedesaan merubah adat kebiasaan mereka lebih mirip adat kebiasaan para pendatang.
Pengaruh televisi terasa begitu kuat dalam mendorong terjadinya perubahan-perubahan adat kebiasaan ketimbang bentuk-bentuk media massa lainnya. Televisi telah membatu membentuk suatu “pemikiran massa” dengan membawa semua golongan masyarakat semakin rapat satu sama lain. Hal itu mendesakan tekanan pada seluruh adat kebiasaan Amerika Serikat untuk menyesuaikan diri dengan patokan tertentu. Komunikasi massa ini telah menyebabkan seluruh masyarakt kehilangan banyak jati-diri adat kebiasaan setempat mereka.
Pemunculan perubahan adat kebiasaan ini dan yang lain telah menyebabkan beberapa ketegangan di antara orang-orang pedesaan. Banyak diantara mereka mencoba memelihara suatu suasana “kedaerahan”, tetapi hal itu telah terwujud. Mereka menolak upaya-upaya dari mereka yang ingin membawah perubahan adat kebiasaan. Secara bertahap, penolakan itu akan mulai melemah; perubahan-perubahan adat kebiasaan akan mulai dapat diterima oleh masyarakat pedesaan Amerika.
Perubahan-perubahan Gereja Pedesaan
Seluruh perubahan-perubahan ini, yang terjadi dalam masyarakt pedesaan, dengan kuat mempengaruhi gereja pedesaan. Selama kemunduran jumlah penduduk bertahun-tahun, beberapa gereja kecil terpaksa tutup pintunya. Gereja-gereja yang agak besar masih mampu bertahan. Tetapi kemampunan pelayanan yang efektif mereka terhadap masyarakat telah sama sekali menjadi lemah.
Gereja-gerja pedesaan nampaknya menyerahkan diri mereka sendiri kepada kekalahan mereka. Mereka telah mencoba untuk berbuat sesuatu sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan mereka. Kemampuan yang paling besar bagi kebanyakan gereja-gereja ini terjadi selama jangka waktu dua jam antara pukul sepuluh hingga tengah hari di hari Minggu. Ada beberapa kegiatan kecil lainnya pada sepanjang sisa hari Minggu itu. Gereja-gereja itu belajar untuk bertahan hidup dengan jenis program pengganti yang memerlukan hanya sedikit dana. Dana utama dipergunakan untuk tunjangan pendeta atau gembala jemaat. Sedikit saja perubahan terjadi selama tahun-tahun penurunan jumlah penduduk ini.
Ketika sedikit diantara gereja-gereja pedesaan mulai mengalami pertumbuhan, mereka belum siap untuk itu. Dalam beberapa contoh, penduduk setempat mencoba untuk menekankan pertumbuhan itu. Umat kembali ke masyarakat pedesaan yang dilabeli “pendatang-pendatang baru”. Pendatang-pendatang baru dipandang oleh penduduk setempat sebagai tantangan maupun ancaman. Gereja-gereja setempat terdiri atas keluarga-keluarga petani yang akrab satu sama lainnya. Para pendatang baru hanya punya sedikit pertalian atau sama sekali tidak dengan daerah pedesaan itu; pekerjaan mereka berada di luar masyarakat itu. 
Para pendatang baru ini diterima dengan sopan tatkala mereka menghadiri gereja. Malahan mereka diundang untuk kembali lagi dan beribadah. Tetapi kebanyakan gereja bergerak lambat dalam menghisabkan para pendatang baru ke dalam kegiatan-kegiatan gereja. Para pendang baru itu ke dalam kegiatan-kegiatan gereja. Para pendatang tidak boleh mengambil tempat pelayanan pemimpin. Mereka yang telah lama tinggal dan hidup di daerah pedesaan tersebut mempunyai sikap “lihat dan tunggu” terhadap para pendang baru itu.
Gereja pedesaan selalu lamban dalam memprakarsai perubahan di dalam dirinya. Kebanyakan perubahan yang terjadi bermakna luaran. Barangkali kebanyakan perubahan yang siap diterima berada di dalam area pendidikan. Sekolah merupakan lembaga yang sangat penting dalam masyarakat pedesaan. Hanya gereja dan keluarga yang sejajar dengan lembaga.
Kemajuan dalam pendidikan sekuler menarik perhatian bagi keperluan untuk kemajuan pendidikan Kristen. Karena anggota yang berjenjang terdidik semakin bertambah. Dan mereka menjadi semacam sering gereja. Gereja-gereja mulai mencari pendeta yang berpendidikan sekolah tinggi. Tindakan gereja itu mulai menekan para pendeta untuk mengembangkan pendidikan mereka sendiri.
Tentu saja ada perubahan-perubahan lain yang terjadi dalam gereja pedesaan. Perubahan-perubahan ini akan didiskusikan pada bagian-bagian lain tulisan ini. Namun untuk sementara, perlu diketahui bahwa pedesaan Amerika telah menanggulangi banyak perubahan yang begitu mempengaruhi gereja-gereja pedesaan.
Perubahan-perubahan ini akan berjumpa dengan berlawanan. Permulaan bagi gereja-gereja pedesaan untuk menghadapi tantangan yang akan dibawah oleh perubahan-perubahan ini. Gereja akan menghadapi secara nyata. Mereka akan mendapatkan pemecahan bagi mereka yang tetap memelihara firman Allah yang kudus.
Kebanyakan gereja-gereja pedesaan mananggapi perubahan masyarakat mereka dengan imajenasi dan tenaga. Mereka mencoba menilai perubahan-perubahan yang terjadi untuk menentukan perubahan mana berguna bagi gereja. Inilah macam sikap yang diperluakan oleh semua gereja untuk menghadapi tantangan perubahan masyarakat. 
Catatan Redaksi: Dari sudut tunjaun geopolitik, barangkali artikel ini tidak terlalu pas dengan kondisi pedesaan Indonesia. Namun prinsip-prinsip pendekatan terhadap perubahan nilai-nilai dalam masyarakat pedesaan, mengingat pengaruh-pengaruh media massa yang semakin membanjiri daerah pedesaan kita di masa kini, artikel di atas dapat dijadikan bahan telaah untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang bakal terjadi dengan masyarakat pedesaan kita di masa yang akan datang. Daerah pedesaan Amerika telah merasakannya beberapa puluh tahun silam. Pedesaan Indonesia boleh jadi tidak akan lama lagi merasakannya. Bagaimana kita menghadapinya?
Kenneth C. Theasher adalah pendeta dari Gereja Baptis Winterboro, di Winterboro, Alabama, Amerika Serikat. Ia lahir dan dibesarkan di Sand Mountain. Selama masa permulaan kanak-kanak, ia menghadiri sebuah Gereja Baptisdi sebuah desa kecil. Ia telah menjadi pendeta dibeberapa gereja di Alabama.
Dr. Tharsher menerima B.S nya dari William Carey College, Hettiesbrug, Missippi. Ia menerima M.Div nya dari Southeastern Baptist Theological, Wake Forest, North Carolina dan D.Min nya dari Luther Rice Seminary, Jecksonville, Florida, Artikel di atas diterjemahkan dari salah satu pasal dalam bukunya yang berejudul The Complex Ministry of Rural Church Pastors, terbitan AMG Publisher, Chattanoga, 1984.

KERENDAHAN HATI DI MASA SULIT 

Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.
(Yak 4:10)

Kadangkala kita mengalami perasaan tertekan karena berbagai peristiwa dalam kehidupan.  Perasaan ini juga dialami rasul Paulus ketika ia mengatakan “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” (2Kor 4:8-9).

Ketika kita mengalami hal yang sama ingatlah apa yang diucapkan Raja Daud saat ia menulis “Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku.” (Maz 138:7).

Oleh karena itu kita tidak perlu patah semangat dalam menghadapi setiap kesulitan. Ketika rasul Paulus merasakan tekanan hidup ia memiliki ketegaran yang mana kitapun diharapkan memiliki ketegaran yang sama. “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.  Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.  Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2Kor 4:16-18).

Akhirnya, “rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Pet 5:6-7). --Pastor Allen

MINYAK KEBAIKAN

ILUSTRASI

Ada seorang laki-laki tua yang kemanapun ia pergi selalu membawah kaleng kecil berisi minyak. Jika ia melewati sebuah pintu yang berderit, ia mengolesi engsel-engselnya dengan sedikit minyak. Jika sebuah pintu gerbang yang sulit dibuka, ia meminyaki engselnya. Demikian ia melewatkan hidupnya dengan meminyaki semua tempat yang sukar dan membuatnya menjadi lebih mudah bagi mereka yang datang setelah dia. Orang menyebutnya eksentrik, aneh, menjengkelkan, dan nama-nama lain sejenis itu. Tetapi laki-laki tua itu terus saja, mengisi kembali kalengnya dengan minyak kalau sudah mulai kosong dan meminyaki tempat-tempat yang sukar dibuka jika ditemukannya. Ia tidak menunggu hingga ia menemukan sebuah pintu yang berbunyi keriat-keriut atau engsel yang karat, baru pulang ke rumah untuk mengambil minyaknya, tapi ia membawa minyak itu di dalam kaleng bersama-samanya. Ada banyak kehidupan yang berkeriat-keriut dan diperlakukan dengan kasar hari demi hari. Mereka butuh lumasan dengan minyak kebaikan, kelembutan atau perhatian. Kaleng minyak itu terutama merupakan salah satu hal yang memberi ciri kepada kepercayaan Kristiani. Kaleng minyak serupa itu yang Yakobus inginkan kita bawa sepanjang waktu. (Majalah Berita Mimbar)

KONTROL LIDAH

Suatu saat seorang anak muda datang kepada filsuf besar Sokrates untuk minta dilatih kefasihan berpidato. Pada saat anak muda itu memperkenalkan diri, dia mulai berbicara. Beberapa saat berlangsung kata-katanya mengalir deras tak terputus-putus. Ketika Sokrates mendapatkan giliran, ia berkata, “Anak muda, saya akan menarik ongkos ganda kepadamu.” “Ongkos ganda, mengapa begitu?” Tanya murid itu. Guru menjawab,  “Saya akan mengajari engkau dua ilmu pengetahuan. Pertama, bagaimana mengendalikan lidah anda, dan kemudian, yang kedua, bagaimana mempergunakannya.” Apakah kedua hal tersebut merupakan seni yang harus dipelajari, terutama bagi orang Percaya. 

(Majalah Berita Mimbar)


HAMBA YANG RELA

Selama masa ketika perdagangan budak masih tetap  dipraktekkan di beberapa tempat di selatan,  seorang anak muda yang gagah dilelang.  Penawaran semakin menarik.  Akhirnya,  seseorang dari Ingris memenangkan lelangan itu.  Hamba muda itu lalu mencaci dia,  “Ha,  anda membeli seorang budak ketika perbudakan di Inggris telah dihapus.”  Namun,  si pembeli menjawab,  “Saya membeli kamu untuk membebaskanmu.  “Hamba muda itu tersentuh perasaannya.  Ia berkata lagi, “Saya rela menjadi hamba tuan untuk selamanya.


(Majalah Berita Mimbar)


DEFINISI UANG

Suatu ketika sebuah surat kabar di London menawarkan hadiah bagi pemenang sayembara yang bisa mendefinisikan secara paling baik tentang uang.   Hadiah itu kemudian diberikan kepada seorang anak muda yang mendefenisikan uang sebagai berikut:  “Uang adalah suatu barang yang bisa dipergunakan sebagai passport universal untuk pergi kemana saja, kecuali ke sorga dan dapat digunakan untuk membeli segala sesuatu, kecuali membeli kebahagiaan.
                                                  
-Majalah Berita Mimbar


PENGEMIS DAN PEMBERI

Sir Walter Raleigh dengan tak putus-putusnya mengajukan permohonan kepada ratu Elizabeth demi kepentingan orang hukuman.  Suatu kali ratu berkata kepadanya:  “Sir Walter,  kapan anda akan berani menjadi pengemis?

“Jika yang mulia berhenti menjadi pemberi,  “jawab Sir Walter Raleigh.  Suatu jawaban yang bijaksana.  Oh betapa mengherenkan untuk mengetahui bahwa Allah adalah sumber berkat yang tak pernah habis!

(Majalah Berita Mimbar)

PEMELUK AGAMA KRISTEN DI TIMUR TENGAH MENURUN DRASTIS

Wed July 29th, 2015 
Laporan dari Pew Research Center mengungkapkan bahwa pemeluk agama Kristen di Timur Tengah mengalami penurunan drastis. Beberapa penyebabnya antara lain, kemunculan Islamic State Iraq and Syria ISIS), perang saudara di Suriah, konflik di Libya, Afrika Utara serta peningkatan gelombang anti-Kristen di Iran, dan Turki.

Pusat penelitian asal Amerika Serikat ini juga menyatakan bahwa, warga Kristen mengungsi secara besar-besaran dari Timur Tengah untuk menghindari ancaman. Karena selain di bunuh, sebagian dari mereka yang ditangkap kelompok teroris juga dijadikan budak dan diperlakukan secara tidak manusiawi.

Pernyataan ini juga diperkuat dengan artikel yang di muat di New York Times. Menurut informasi, terdapat sekitar 30 persen dari 600 ribu warga Kristen Suriah di Timur Tengah memutuskan untuk 'angkat kaki' dan mengungsi ke luar negeri. Saat ini, sekitar 500.000 warga Kristen yang masih bertahan di Irak.

Anna Eshoo, Anggota parlemen Amerika Serikat dari Partai Demokrat juga menyatakan keprihatinannya. “Keberadaan kekristenan saat ini sedang dalam ancaman,” ujarnya yang juga adalah pengacara bagi warga Kristen di Timur Tengah kepada koran Haaretz, Selasa kemarin (28/7).

Saat ini, Israel dan Libanon adalah negara yang dianggap paling menjamin keamanan warga Kristen di Timur Tengah. Hal ini dikarenakan keduanya diberi kebebasan untuk menjalankan ibadahnya, tanpa ada ancaman akan dibunuh. Meskipun begitu, satu abad belakangan jumlah penganut Kristen di Libanon kian menurun dari 78 persen menjadi 34 persen.



PERISTIWA KELAHIRAN YESUS KRISTUS, BUKTI KETEPATAN PENETAPAN WAKTU

Spiros Zodhiates


Pijakan firman : Galatia (4:4). “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang
lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada Hukum Taurat”

Natal bukanlah sesuatu yang dapat dianggap sebagai peristiwa sebab-akibat dalam sejarah dunia. Natal merupakan peristiwa yang telah diprogramkan oleh Allah sendiri. Meskipun Allah tidak mempunyai komputer sebagaimana yang kita kenal sekarang, namun Ia adalah pribadi yang berintelegensi, dan Ia adalah satu-satunya yang telah memberikan kepada manusia kecerdasan untuk merekayasa komputer. Kalau ia memungkinkan kita mempunyai kemampuan seperti itu, Ia tentu saja memilikinya untuk diri-Nya sendiri. Ia adalah Guru Besarnya para guru besar pemogram.
Mengapa Allah Bapa tidak mengutus AnakNya ke dalam dunia lebih dini, sebelum olehNya atau apakah Dia pada waktu tertentu secara tak terduga 

1. Apa arti “genap waktunya”

Apa maksud Paulus dengan ungkapan “genap waktunya”? Kata genap dalam bahasa Yunani adalah pleroma yang berasal dari pleroo, membuat genap, membuat penuh, dan kata sifat pleres yang artinya penuh, berisi, sempurna. Kata itu bisa mempunyai makna aktif sebagaimana dalam Matius 9:16 dan Markus 2;21. Kata itu dapat bermakna sesuatu yang ditempatkan untuk menutupi suatu kesenjangan, atau sebuah lobang pada pakaian. Dalam pengertian pasif, sebagaimana dalam 1 Korintus 10:26, “bumi serta segala isinya” (kata “segala” diterjemahkan dari pleroma = kepenuhan. 

Apa bedanya kalau saat masuknya Yesus Kristus ke dalam dunia ini berbeda? Dalam hal itu, nubuatan Daniel ihwal waktu masuknya Tuhan Yesus sebagai Mesias Raja ke dalam Yerusalem sebelum kematianNya akan tidak tepat dan ini membuat Firman Allah akan didiskreditkan.

Ini yang Daniel 9:25, 26 katakan; “Maka ketahuilah dan pahamilah; dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai pada kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja ada tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya kota itu akan dibangun kembali dengan tanan lapang dan paritnya, tetapi di tengah-tengah kesulitan (kembalinya orang-orang Israel dari pembuangan). Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan disingkirkan seorang yang telah diurapi (kematian Kristus), padahal tidak ada salahnya apa-apa...”
Itulah pemenuhan nubuatan yang mestinya membuat setiap orang yang tidak percaya berdiri dan menaruh perhatian. Kelahiran Kristus menunggu penggenapan waktu, tepat pada saat yang telah ditentukan. Itu sudah dirancang oleh Allah sendiri. Dan Allah tidak berbuat kesalahan. 

Kata “waktu” adalah chronos yang merujuk pada durasi (lamanya), waktu yang abstrak, yang dirasakan dan diukur dengan turutan/rangkaian obyek dan peristiwa. 

4. Kegenapan waktu

Dalam Efesus 1:10 Paulus mempergunakan ungkapan “kegenapan waktu”, tapi kata yang dipergunakan untuk “waktu” bukan chronon, bentuk jamaknya chronos, waktu, sebagaimana digunakan dalam Galatia 4:4, tetapi kairon, bentuk jamaknya kairos, musim, kesempatan,”.... sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.” (Efesus 1:10).

Galatia 4:4 menyatakan bahwa pada waktu yang tepat, cocok, bukan pada waktu sembarangan, “Allah mengtus AnakNya.” Kata Allah didahului kata sandang tertentu yang mengindikasikan kata itu mewakili Allah Bapa. Yesus ketap kali menegaskan bahwa Bapa (Matius 10:40; Markus 9:37; Lukas 10:16; Yohanes 3:17; 34, 5:36, 38; 6:29, 57; 7:29; 8:24; 10:36; 11:42; 17:3, 8:18:1, 21, 23, 25;20:21). 

Ini tidak berarti bahwa sang Anak adalah utusan yang lebih rendah dari pengutus. Yesus Kristus mengkalim diriNya setara dengan Bapa. “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30).
Tapi, Yesus yang sama juga mengakui bahwa di dalam keberadaaNya sebagai Anak manusia untuk merampungkan tugas yang telah dirampungkan kepadaNya, Dia lebih rendah dari Sang Bapa. Bapa lebih besar dari diriNya. KarenaNya Ia mengakui Bapa sebagai yang mengutus Dia (Yohanes 14:28).

Tetapi kata kerja dalam Galatia 4:4 bukan apestelein, bentuk aorist dari apostello, melainkan exapesteilen ex atau ek, yang artinya keluar dari. Hal ini menunjukkan kemesraan, kedekatan yang luar biasa antara Dia yang mengutus dan Dia yang diutus. Dia yang telah diutus, keluar dari pangkuan Dia yang mengutus, Bapa (Yohanes 1:18). Dia yang senantiasa berada dipangkuan sang Bapa telah diutus keluar dari pangkuan sang Bapa telah keluar dari pangkuan sang Bapa untuk merampungkan pekerjaan penebusan.
Kata kerja exapostello yang sama dipergunakan juga dalam Galatia 4:6 keluar dari diriNya sendiri “Roh AnakNya” untuk masuk ke dalam hati kita dan memampukan kita berseru, “ya Abba, ya Bapa.

5. Selaku Allah Anak, Kristus datang ke dalam dunia

Kristus di dalam inkarnasiNya tidak hanya mengklaim bahwa Ia telah diutus, tetapi juga bahwa Ia telah datang secara sukarela ke dalam dunia, yang tidak pernah dapat dikatakan kepada siapa pun juga yang pernah lahir didunia ini. 

Mengapa tidak anda buat Natal ini sebagai peristiwa terbesar dalam kehidupan anda? Akuilah dan bertobatlah dari dosa dan terimalah kedatangan Kristus ke dalam dunia ini sebagai satu-satunya pengharapan anda untuk memperoleh keselamatan.

Pendahuluan memutuskan untuk mengutus AnakNya ke dunia? Mengapa Allah Bapa tidak mengutus AnakNya ke dalam dunia lebih dini, sebelum waktu sebenarnya Ia datang? Apakah waktunya telah ditetapkan sebelumnya olehNya atau apakah Dia pada waktu tertentu secara takterduga memutuskan untuk mengutus AnakNya ke dunia? 
Di dalam Galatia 4:4"genap waktunya” berarti saat yang cocok dan tepat bagi kedatangan Kristus ke dunia. Allah telah menyiapkan dasar pengutusan AnakNya ke dalam dunia. Ia tidak mengutusNya pada tahun atau hari yang terlalu dini atau terlalu lambat dari saat semestinya Ia harus diutus.
2. Waktu dari kelahiran Kristus memperkuat kredibilitas Alkitab
3. Nubuatan Daniel

Bagaimana hal ini diperhitungkan secara kronologis? Saat Artaxerxes Longimanus mengeluarkan dekritnya untuk membangun kembali tembok Yerusalem adalah hari keempatbelas bulan Maret (Nisan) tahun 445 sebelum Masehi (Nehemia 2:1). Untuk membangun kembali tembok Yerusalem dibutuhkan waktu 49 tahun. Ini berarti tembok itu selesai dibangun pada 396 sebelum Masehi. Kalau kita menambahkan 38 tahun kepada 396 kita mendapat 434 tahun yang mengarahkan kita pada tahun penyaliban Kristus. Ini berarti Kristus berusia 38 tahun. Padahal kita tahu bahwa Ia hidup hanya sampai 33 tahun. Perbedaan kelebihan 5 tahun ini terjadi karena perbedaan 5 hari per tahun antara kalender barat yang didasarkan atas tahun matahari, sementara kalender Yahudi yang didasarkan atas tahun bulan yang hanya mempunyai 360 hari. Karena itu, angka 38 ini mesti dikurangi 5, dan kita mendapat 33 (tahun 33 M). Hari keempatbelas bulan Nisan (Maret) tahun 33 M, adalah hari dimana Kristus memasuki Yerusalem sebagai Raja, empat hari sebelum Ia mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita. 

Dari kata ini didapatkan kata “chronometer” (Ing), arloji untuk mengukur waktu tanpa rujukan apapun kepada penggunaan keadaan waktu. Chronos kontras dengan kata Yunani lain, kairos, yang merujuk pada musim atau waktu menurut adanya peristiwa tertentu, kesempatan.

“Genap waktunya” dalam Galatia 4:4 adalah penyelesaian kronologi. Rencana Allah mengatakan bahwa Yesus lahir pada tanggal yang telah ditetapkan, dan bahwa setelah 483 tahun (69x7 masa) dari sejak dikeluarkannya dekrit untuk membangun kembali tembok Yerusalem, Yesus akan memasuki Yerusalem sebagai Messiah Raja. Hal ini menunjukkan bahwa, kelak pada suatu waktu, pada akhir dari masa ketujuh puluh, Ia akan memasuki Yerusalem Baru dimana Ia menjadi Rajanya untuk selama-lamanya. (Daniel 9:26; Wahyu 11:2,3;12;14; 13:5-7; 19:11-21; serta Wahyu dalam masa (dispensasi) gereja, yaitu kronologi tak berkuantum (Efesus 3:2-7; Kolose 1:24-29). Masa ketujuh puluh, suatu periode tujuh tahun, akan di mulai kalau, orang-orang percaya yang telah dibangkitkan dan diubah, terangkat ke awan-awan oleh kedatangan Yesus ( 1 Tesalonika 4:15-17).

Disini maknanya adalah penggenapan kesempatan-kesempatan . Ini artinya bahwa Allah akan menuntut perhitungan managemen ihwal bagaimana kita mengisi kesempatan yang telah dipercayakan kepada kita, menghitung keseluruhannya dengan apa arti semuanya itu bagi Kristus di sorga maupun di bumi. Pada waktu yang telah ditunjuk, sang Bapa mengutus AnakNya masuk ke dalam dunia langsung dari pangkuanNya.

Dalam semua rujukan ikwal pengakuan Yesus Kristus bahwa Sang Bapa telah mengutus Dia ke dalam dunia kata kerja yang dipergunakan adalah aposetello, diutus keluar dari. Dan kata kerja inilah kata benda apostolos (rasul) berasal. Rasul adalah seorang utusan, seseorang yang mewakili orang yang mengutus Dia dan tidak pernah kehilangan hubungan dengan orang yang mengutusnya. Itulah sebabnya Yesus secara konsisten mengatakan, “Aku berkata kepadamu sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri; sebab apa yang dikerjakan Bapa tidak juga yang dikerjakan Anak.” (Yohanes 5:19, 36; 10:15). “… supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” (Yohanes 10:38; 14:11,20).

“Biarpun Aku bersaksi tentang diriKu itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan kemana Aku pergi.” (Yohanes 8:14). Ia membicarakan kematianNya sebagai saat kemuliaanNya ke dalam mana Ia sendiri datang (Yohanes 12:23, 27). Meskipun Yesus diutus oleh Bapa, namun Dia sudah berada bersama-sama Bapa sejak dari semula, dan bahwa Ia dengan sukarela datang kedunia untuk menyingkapkan Bapa. “Dialah yang menyatakanNya,” (Yohanes 1:18). Kata kerja yang diterjemahkan “menyatakan” ialah exegesato dari mana kata exegesis berasal, yang artinya bahwa Ia datang untuk membuat Allah dapat kenal, dapat dimengerti. Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini untuk dua maksud, pertama, untuk menceritakan kepada kita bahwa Allah bukan sekedar pribadi yang harus ditakuti, tetapi juga harus diterima sebagai Bapa yang mengasihi yang tidak menyesal mengirimkan AnakNya sendiri keluar dari pangkuanNya. Dan kedua, bahwa Dia sendiri (Yesus) tidak menyesal datang ke dalam dunia untuk mati menebus orang-orang berdosa seperti saya dan anda. “...Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan diantara mereka akulah yang paling berdosa,” tulis Paulus dalam 1 Timotius 1:15. Kalau anda tidak dapat mengatakan demikian terhadap kedatangan Kristus ke dalam dunia ini, Natal sama sekali tidak bermanfaat, meskipun anda merayakannya sebagai peristiwa sejarah besar dan mengakuinya setiap kali anda menulis sebelum Masehi atau sesudah Mase

PEMBERITAAN YANG BERPUSAT KEPADA KEBANGKITAN KRISTUS

Spiros Zodhiates


“.... maka sia-sialah pemberitaan kami .....” ( 1 Korintus, 15: 14b).
Seorang petani suatu kali membarter sekeranjang kacang dengan beberapa buku yang ia inginkan. Setelah petani itu berlalu, sipemilik toko membuka selongsong satu buah kacang, dan didapatinya selongsong itu kosong. Dia buka satu lagi, satu lagi, satu lagi dan satu lagi - - akhirnya ia dapatkan semua selongsong itu tidak berisi. Apa gunanya selongsong kacang yang melompong, tidak ada biji atau intinya? Dengan demikian pula jadinya khotbah-khotbah apostolik kalau tidak ada kebangkitan, “Andaikata Kristus tidak dinamgkitkan,  maka sia-sialah pemberitaan kami ..”  tulis Paulus.
Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “sia-sia” dalam ayat 14 adalah kenon (nominatif [bentuk kata benda yang berfungsi sebagai subjek ] netral tunggal dari kenos] dan kenee (nominatif feminin tunggal). Ayat 17 mengulang kembali bagian kedua dari ayat 14, dengan kekecualian bahwa kata Yunaninya bukan kenee tetapi mataia. Pengulangan itu mempunyai maksud tertentu. Kenos (ee) artinya “kosong, hampa, ketiadaan kenyataan,” Mataios (a) artinya, “tiada hasil, tak berbuah, gagal.” Kata yang kedua ini juga adalah kata yang sama dengan yang digunakan dalam Titus 3:9, “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percecokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia(mataioi) belaka,”
“ Maka sia-sialah pemberitaan kami,” Kata pemberitaan disini adalah keerugma, yang penyampaian khotbah tetapi isinya. Pemberitaan atau khotbah kita akan hampa kalau Kristus tidak bangkit. Kalau kasusnya demikian, mengapa susah-susah berkhotbah,atau memberitakan injil? Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan “pemberitaanku” tetapi”pemberitaan kami”, yang sekali lagi menekankan kebulatan suara para rasul yang telah ia nyakandalam ayat 11: “Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kamu menjadi percaya,”  Ia mau orang-orang Korintus menyadari bahwa ini bukan sekedar simpulan semua rasul yang lebih tua, yang telah melihat Yesus dibumi, dan lebih istimewa setelah kebangkitanNya. Kalau Kristus tidak bangkit dari kubur, maka pemberitaannya dan pemberitaan rasul-rasul lain akan laksana orang selongsong kacang yang hampa, – pemberitaan mereka hanya sekedar kata-kata dan frase melompong tanpa substansi atau jiwa. Dalam kenyataannya, meskipun orang-orang Korintus yang menolak kebangkitan umum itu tidak bermaksud melempar cercaan apapun terhadap pengajaran para rasul, tapi lebih kurang membawanya pada sama sekali kehilangan kepercayaan. Mereka tidak menyadari bahwa dengan implikasi itu mereka memproklamirkan kepada dunia bahwa pengajaran para rasul hanya merupakan suatu mimpi kosong.
 Merupakan kewajiban Paulus untuk tidak mencurangi mereka, sebagaimana semua pelayanan Injil yang setia tidak mencurangi siapapun yang membantah bahwa tidak ada kebangkitan. Karena sangkalan mereka secara logis termasuk kebangkitan Kristus, maka akan fatal bagi keyakinan para rasul untuk menjadi guru-guru penyataan Allah yang serius. Karena kalau ada satu kebenaran yang dengannya para rasul mempertaruhkan kebanggaan mereka sebagai pesuruh-pesuruh Allah, kebenaran itu adalah bahwa Kristus telah bangkit dari kematian. Kebangkitannya merupakan instrumen yang dengannya mereka dapat berhasil membuka jalan bagi perhartian umat. KebangkitanNya merupakan bukti terhadap kebenaran yang mereka bicarakan; yang sesungguhnya merupakan bagian yang paling penting dari apa yang selama ini mereka beritakan.
 Dua bulan berlalu sejak kebangkitan Kristus sebelum para rasul mulai memberitakannya, dengan kepercayaan manusia yang mengetahui bahwa mereka tidak akan dengan berhasil disangkal, dan bahwa pernyataan mereka dapat disidik kebenarannya. Seseorang dapat menjadi rasul hanya kalau ia telah melihat Kristus yang bangkit hingga menunjang kesaksian pribadi mereka dalam mengkhotbah fakta bahwa Kristus telah bangkit dari kematian. Dan tatkala Matias dipilih untuk menempati posisi lowong yang ditinggalkan Yudas, Petrus mendefinisikan pekerjaan rasul : “..menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitanNya” (KPR 1:22).
Kita dapati bahwa khotbah pemberitaan Paulus dan Petrus mencerminkan hal ini. Pokok dari keseluruhan khotbah pertama yang pernah disampaikan Petrus dalam Gereja Kristus, tatkala ia dikelilingi oleh sebelas rasul lain pada hari Pentakosta, adalah kebangkitan, yang harus disaksikan olehnya dan oleh semua rasul disaksikan olehnya dan oleh semua rasul, sebenarnya telah dinubuatkan oleh Daud dalam Mazmur 16 (KPR 2:22-36).
Lagi pula, bagaimana Petrus dapat menjelaskan mujizat penyembuhan menjelaskan mujizat penyembuhan seorang lelaki pincang di Gerbang Indah Bait  Allah, kepada dua alamat yang ia khotbahi, pertama kepada kerumunan penonton, dan berikut ketika ia ditangkap dan dibawa kehadapan Sanhedrin? Dalam kedua kesempatan ia menunjuk mujizat itu sebagai wujud penyataan kuasa Yesus Kristus; yang hidup karena bangkit dari kematian, yang bangkit kembali kendati dibunuh di kayu salib (KPR 3:12-16; 4:8-12).

Kebangkitan Yesus merupakan petunjuk bagi misteri yang begitu membingungkan orang-orang Yahudi dan tua-tua mereka, bahwa orang-orang miskin yang tidak terpelajar dapat mengerjakan mujizat-mujizat seperti itu dan memenangkan pengaruh sedemikan luas. Lagi, ketika terjadi sejumlah besar orang bertobat, dan para rasul ditangkap untuk kedua kalinya dan dituduh telah memenuhi Yerusalem dengan doktrin mereka, apa pembelaan Petrus? Ia mengatakan bahwa para rasul tidak dapat menahannya; kebangkitan itu adalah suatu kenyataan yang didesakkan terhadap mereka. “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ’Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh” (KPR 5:29-30). 

MENJADI AGEN RAHASIA ALLAH

Spiros Zodhiates


“Demikianlah hendaknya orang memandang kami, sebagai hamba-hamba Kristus yang kepadanya dipercayakan rahasia  Allah  “ (I Korintus 4:1)

Alkitab mengatakan kepada kita bahwa tidak ada seorang pun yang dapat berdalih bahwa ia tidak mengenal Allah, karena Ia dengan jelas dapat dikenali dalam ciptaan-Nya [Roma 1:20]. Dan dengan cara yang sama pembaharuan jiwa dapat dikenali oleh orang lain melalui melihat akibat-akibat dalam kehidupan seseorang itu. Apa itu Allah ? Tidak seorang pun yang dapat secara memadai mendefinisikan sifat-sifat-Nya. Apa itu pembaharuan ? Tidak seorangpun dapat mendifinisikan dalam sifat-sifatnya kecuali dengan akibat akhir dalam kehidupan seseorang.

Seorang guru misionari menceritakan ihwal seorang perempuan Jepang yang bertanya kepadanya bagaimana sekiranya gadis-gadis yang cantik yang diterima oleh sekolahnya. “Mengapa tidak?” timpalnya, “Kami menerima semua gadis yang datang kepada kami.” “Tetapi” lanjut perempuan itu,”seluruh gadis anda nampak sangat cantik” “ Itu karena kami mengajarkan kepada mereka nilai jiwa mereka dalam pandangan Allah,” guru itu menjelaskan ,” dan ini yang membuat wajah mereka begitu cantik” “Baiklah” kata perempuan Jepang itu,” Saya tidak mau anak perempuan saya menjadi seorang Kristen, tetapi saya ingin mengirim anak perempuan saya itu ke sekolah anda supaya hal yang sama juga nampak pada wajahnya.

Kita tahu bahwa seseorang yang telah lahir kembali, bukan karena kita dapat menemukan kebenaran atau kenyataan pembaharuan itu pada suatu tempat pada tubuh mereka, tetapi karena kita dapat melihat buah-buah Roh yang membaharui mereka. Kita menanam benih di dalam tanah dan pada waktunya kita melihat pohon. Kita tidak dapat benar-benar menjelaskan proses itu, tetapi kita dapat melihat hasilnya. Hal itu merupakan suatu misteri namun suatu kebenaran, kenyataan.

Kebangkitan dari kematian merupakan fakta lain atau pernyataan lain yang nampak bertentangan dengan pengalaman kita, atau tidak kesesuaian. Apapun misteri yang dicentelkan kepada pokok ini –dan tidak dapat disangkal ada banyak—timbul dari keberadaannya diluar kemampuan kita dan pengamatan kita. Kita tidak mengetahui secara pasti makna apa kebenaran ini termasuk atau tercakup. Jelas tidak ada kemungkinan di dalamnya. Kuasa yang sama yang telah membentuk tubuh kita dapat dengan nyata merekonstruksinya. Keprigelan yang sama yang telah memelihara jati diri mereka melalui kehidupan dapat menanamkannya kepada tubuh kemuliaan pada kebangkitan. Itu merupakan kerja yang jauh melampaui kuasa manusia, mengatasi akal budi manusia. Itu merupakan bidang operasi Allah ke dalam mana kita tidak dapat masuk, dan jalan itu akan disempurnakan di antara rahasia-rahasia Allah sendiri.

Hanya andaikata tanam-tanaman tidak kita tahu, dan kita mengatakan keberadaannya di planet lain, kita akan mendapati hal itu sangat sulit untuk dipahami. Tanam-tanaman itu muncul, bertumbuh, menguncup, berbunga, dan memberikan buah; bahwa buah ini, jatuh ke bumi, dan menjadi rusak dan mati dan pasti hidup kembali, melestarikan keberadaannya, merupakan fakta yang akrab dengan semua kita. Tetapi itu tidak lebih kurang menakjubkan dan mengherankan. Hal itu merupakan misteri yang besar dalam proses dengan mana perubahan bentuk ini disempurnakan. Itu merupakan misteri besar sebagaimana yang terjadi dengan kebangkitan tubuh manusia.

Kesulitan dalam kasus tanaman tidak akan cukup untuk menyebabkan saya untuk menyangsikannya dalam hal bukti pengertian saya, bagaimanapun. Tak ada misteri yang menyangkut kebangkitan tubuh tidak akan cukup untuk menyebabkan saya menyebut Allah sebagai pendusta, atau untuk mencoba menaruh batas antara apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin. Saya tahu bahwa sama-sama mudah bagi Allah untuk menciptakan dunia sebagaimana Ia menciptakan serangga yang paling kecil yang mengapung di udara.

Kita tidak seharusnya memperkecil unsur-unsur misteri yang mengiringi pewahyuan, karena misteri itu benar-benar cenderung untuk menambah kemujaraban Injil. Sasaran Injil adalah mendamaikan manusia kepada Allah—tentu saja tidak dalam hubungan yang sama, tetapi sebagai pelaku pemberontakan diperdamaikan kepada pemerintahnya yang sangat ramah, pendosa yang bersalah kepada Pembuatnya. Injil menyempurnakan hal ini dengan mewahyukan sifat-sifat Allah, dengan membuatnya dapat dikenali . Itulah sebabnya Injil disebut sebagai kuasa dan hikmat Allah, karena ia secara gamblang memperlihatkan sifat-sifat tabiat-Nya. Injil memperkenalkan Allah sebagai satu-satunya sasaran ibadat yang benar. Injil memperbaharui manusia pada posisi itu dalam mana dapat memanjatkan ibadat dan ketaatan yang dapat diterima.

Fakta dalam mana doktrin ini diletakan harus benar nyata dan tak dapat disangkal. Tetapi alasan doktrin ini, dan jauhnya serta hubungan selanjutnya, barangkali disembunyikan dari pandangan kita. Allah adalah sembahan semesta yang layak, dan ini artinya bahwa pikiran kita harus menghormati Dia dengan perasaan kagum dan tak lazim. Tetapi pernyataan pikiran ini tidak pernah dapat diproduksi oleh segala sesuatu yang sepenuhnya dapat kita pahami. Kebiasaan membiakkan rasa jijik, dan kebiasaan yang berlebihan dengan hal-hal yang kudus kadang-kadang dapat memproduksi kekurangan penghargaan terhadap mereka. Semua pengejaran terhadap pengetahun merupakan suatu jenis penaklukkan . Tidak segera melakukan kita merasa diri kita sendiri tuan dari segala hal ketimbang berhenti memegang sebanyak minat bagi kita. Memproduksi perasaan kagum dan takzim merupakan hal yang esensial untuk ibadah, kita harus mempunyai kesadaran akan kerendahan hati kita sendiri, dan suatu keyakinan yang dalam bahwa ada sesuatu yang agung dan mulia dalam sasaran ibadat secara tak terbatas di atas konsepsi kita.

Makin dengan jelas kita menyadari batas-batas pengetahuan kita dalam setiap arahan semakin dalam kesan kita akan kebesaran Allah, dan makin dengan semakin dalam kita akan menghargai keluasan Keberadaan yang telah menyebarluaskan pekerjaan-Nya di sekitar kita dalam kelimpahan yang tak ada habis-habisnya. Kita juga akan menerima kenyataan bahwa Dia telah mengelilingi kita dengan rintangan –rintangan yang setiap pekerjaan-Nya dan setiap pemisahan pengejawantahan diri-Nya Sendiri, termasuk masalah-masalah yang tidak dapat kita lihat. Oleh karena itu, Wahyu menyesuaikan dirinya sendiri kepada posisi kita. Ia merupakan setelan bagi keadaan mental kita, dan bercampur dengan apa yang jelas dan dengan apa yang tidak jelas karena tidak meliputi pikiran kita yang terbatas, tetapi menuntun kita dalam jalan pengetahuan dan jalan kehidupan. 

(Majalah Berita Mimbar)

Persepakatan atau Persekongkolan?

Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.” Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.( Mat. 28:11-15) 

Adanya kumpulan orang memungkinkan terjadinya dua bentuk hubungan yakni konflik atau kesepakatan. Lebih jauh lagi, dua kemungkinan dalam kesepakatan yakni adalah kesepakatan untuk tujuan yang baik dan sebaliknya untuk tujuan jahat, persekongkolan, konspirasi, atau plot. 

Biasanya, motif yang melandasi persekongkolan adalah ambisi untuk menjatuhkan atau merugikan pihak lain sekaligus menguntungkan diri sendiri. Demi sekedar menyelamatkan muka, demi mempertahankan pamor, maka tidak tanggung-tanggung para imam kepala dan tua-tua serta sedadu membuat persekongkolan yang berdampak amat dahsyat yakni mencemarkan keilahian Kristus sekaligus menyesatkan banyak orang hingga masa kini (tidak hanya di saat ditulisnya Injil Matius ini). Tidak mengherankan jika banyak orang di masa kini menyangsikan kebangkitan Kristus dari maut, karena para saksi itu justru membuat kesaksian dusta. 

Sungguh tragis, sebelum disalib Yesuspun telah menjadi korban persekongkolan yang melibatkan Yudas Iskariot, murid yang seharusnya mendukung Gurunya. Setelah Yesus disalib, persekongkolan masih berlanjut, dilakukan oleh pemimpin agama yang seharusnya memberi teladan yang baik. Persekongkolan juga melibatkan serdadu yang dilatih dan terlatih untuk membela kebenaran, bukan untuk menerima uang suap. Dengan demikian, siapapun orangnya akan mudah sekali untuk terbuai oleh keuntungan dari persekongkolan. Persekongkolan ialah cara yang relatif praktis (dan curang) untuk pencapaian tujuan. 

Gagasan persekongkolan tercetus begitu saja tanpa memikirkan akibatnya. Dalam persekongkolan terjadi juga pemaksaan kehendak. Di ayat 13 Imam kepala berkata “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur“. Konspirator jarang memikirkan akibat dari persekongkolan yang mereka buat karena sejak awal mereka tidak menghormati moralitas. Yang menjadi fokus pelaku persekongkolan adalah bagaimana seefektif dan seefisien mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, tanpa mempertimbangkan benar-tidaknya cara itu. Terbukti bahwa persekongkolan selalu memutarbalikkan fakta, mengaburkan kebenaran, serta mempraktikkan kebohongan. 

Setiap orang percaya yang juga adalah bagian dari kelompok masyarakat hendaknya waspada dan berhati-hati saat memasuki lapangan sosial yang menghubungkan diri-sendiri dengan orang-orang di sekitar. Tanpa kita sadari dan tanpa kita sengaja, baik secara langsung atau tidak, lingkungan kita sering mempengaruhi kita untuk masuk kedalam sistem persekongkolan yang merugikan pihak lain. Konspirasi, persekongkolan, kongkalikong cenderung sudah menjadi bentuk hubungan yang wajar dalam lingkungan sosial. 

Penting sekali bagi setiap orang percaya untuk sadar dan terjaga saat ia berada dalam kumpulan orang banyak. Jika ia berada dalam kumpulan orang percaya, maka hal itu tidak mengkhawatirkan, karena kumpulan orang percaya adalah kumpulan yang dilandasi oleh kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka (Mat. 18:20). Sebaliknya, kumpulan plural adalah kumpulan yang memiliki lebih besar pengaruh bagi anggota di dalamnya. Sangat disayangkan jika orang percaya justru terpengaruh oleh faktor eksternal. Sudah seharusnya, faktor internal dalam diri orang percaya diberdayakan untuk mengantisipasi pengaruh-pengaruh eksternal yang berusaha menaklukkan faktor internal orang percaya. 

Soerjan – BM 256 




KISAH SEGELAS SUSU

Adalah anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia nekad mengetuk pintu sebuah rumah untuk minta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda. Dia urung minta makanan, dan hanya minta segelas air.Tapi sang gadis tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu. “Berapa harga segelas susu ini?” tanya anak lelaki itu.“Ibu mengajarkan kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab si gadis.“Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu tersebut.Belasan tahun berlalu…Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit kronis. Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun dibawa ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis.

Dokter Howard Kelly dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh di mata sang dokter Bergegas ia turun dari kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali wanita itu. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil disembuhkan. Wanita itu pun menerima amplop tagihan Rumah Sakit. Wajahnya pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski dicicil seumur hidup sekalipun. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan di pojok atas tagihan…“Telah dibayar lunas dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly.

(dr. Howard Kelly adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut. Cerita disadur dr buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS)
Begitulah …

KERENDAHHATIAN UNTUK MELAYANI, MASIH MENJADI UJIAN.

Tak seorangpun Dia ijinkan terlahir tanpa talenta.
Tak seorangpun Dia tumbuhkan tanpa kemampuan.
Namun tak semua talenta & kemampuan sepenuhnya terhimpun dalam wadah orang percaya. Tak semua orang percaya memiliki alasan jelas dalam menyia-nyiakannya. Berbahagialah mereka yang dalam kerendahhatian menyadari kepercayaan berharga yang sorga berikan.
“Allah bukannya Allah yang tidak adil. Ia tidak melupakan apa yang kalian kerjakan bagi-Nya, dan kasih yang kalian tunjukkan kepada-Nya sewaktu menolong saudara-saudara seiman, dahulu dan sekarang.” (Ibr 6:10, BIS). Selamat Melayani.