PELAYANAN KOMPLEKS PENDETA PEDESAAN

Kenneth C, Thasher
PENDAHULUAN
Tom baru-baru saja tamat dari seminari dan menerima pelayanan kependetaannya yang pertama secara purnawaktu. Gerejanya terletak dalam sebuah masyarakat desa yang kecil. Tom lahir dan tumbuh-kembang di kota besar, tetapi ia selalu berpikir bahwa akan menyenangkan hidup di alam pedesaan. Kini, ia mempunyai kesempatan untuk mengalami hidup di pedesaan Amerika.
Segera ia melihat bahwa ada perbedaan yang meyolok antara kehidupan perkotaan dan kehidupan pedesaan. Sikap, falsafah, dan pendekatan-pendekan terhadap kehidupan berbeda. Tom tidak pernah berharap bahwa akan ada perbedaan dalam daerah ini. Ia sadar bahwa beberapa penyusuaian diri perlu dilakukan.
Pada saat permulaan, Tom difrustrasikan oleh lingkungannya yang baru. Ia berusaha keras untuk membuat anggota-anggota jemaatnya menerima dan melakuan banyak hal seperti cara nya. Namun cara perlahan-lahan ia mulai menyadari bahwa ia perlu belajar sedikit-demi sedikit tata cara orang-orang pedesaan melakukan sesuatu. Ia menemukan bahwa jemaatnya mau menolong dia untuk “menyesuaiakan diri” dengan cara hidup mereka yang lain macam.
Tom dan jemaatnya mulai belajar-mengajar, satu dengan yang lain. Ia tidak pernah berpikir bahwa dalam menjalankan perubahan pikiran bahwa dalam menjalankan perubahan pikiran ada banyak kesenangan yang diperoleh. Ia akan selalu menghargai kemenagan-kemenangan yang indah saat-saat permulaan kependetaannya itu.
Bill adalah salah seorang kawan Tom yang sama-sama tamat dengannya; dua orang dengan latar belakang yang mirip. Bill dengan tak sabar menerima panggilan untuk menjadi pendeta di daerah pedesaan Amerika sangat berbeda dengan kawannya.
Seperti Tom, ia menemukan kehidupan pedesan sangat berbeda dari apa yang diharapkan. Ia segera menjadi frustrasi karena ketidak kemampunannya untuk berkomunikasi secara baik dengan jemaat. Ia nampak tidak menghargai mengapa mereka tidak mau mengikuti kepemimpinannya tanpa bertanya-tanya.
Setelah beberapa bulan frustrasi, ia mulai memberi jalan kepada keputus-asaan. Bill gagal untuk menyadari bahwa pendeta harus belajar dari jemaat. Ia tidak balajar bahwa saling bertukar pendapat dapat menjadi suatu pelajaran pengalaman untuk semua yang terlibat. Ia bersiap-siap untuk segera meninggalkan gereja pedesaan itu.
Pangalaman dua orang ini umumnya terjadi diantara para pendeta. Kependetaan saat-saat permulaan dari banyak anak muda dalam lingkungan masyarakat pedesaan. Banyak diantar pendeta-pendeta anak muda ini tidak mempunyai latar belakang pedesaan. Beberapa diantara mereka tidak pernah belajar bahwa gaya hidup pedesaan mempunyai kwalitas uniknya tersendiri.
Daerah pedesaan dan daerah perkotaan Amerika berbeda. Di daerah tertentu, perbedaan itu agak kabur, namun, di daerah lain perbedaannya nampak dengan jelas. Perbedaan-perbedaan itu mempengaruhi gereja dalam hidup bermasyarakat. Pendeta harus peka terhadap perbedaan ini. Ia mensti mampu membimbing jemaat supaya mereka tidak merasa bahwa mereka dipaksakan untuk membuat perubahan-perubahan. Juga, ia mesti menerima kenyataan bahwa ada lebih dari satu cara untuk melakuan suatu hal.
GERJA PEDESASAN DAN PERTUMBUHAN JEMAATNYA
Pad tahun 1940 dan 1950, masyarakat pedesaan di Amerika Serikat mulai mengalami perubahan-perubahan pertamanya yang nyata. Pengenalan peralatan pertanian modern menyisihkan sejumlah besar tenaga kerja pertanian, transportasi di kota-kota mulai dibuka; pekerja-pekerja pertanian mulai menganggur pergi mencari kesempatan-kesempatan kerja.
Pertanian menjadi firma usaha yang lebih mirip firma perkotaan keluarga kecil yang mengoperasikan pertanian kecil mulai berkurang. Pertanian-pertanian kecil diambil alih oleh pertanian yang berkepaital tinggi yang distafi oleh ahli-ahli pertanian yang terdidik. Ukuran populasi pertanian telah dan terus mundur dalam beberapa tahun.
Ketika pertanian-pertanian kecil mulai tidak nampak, populasi masyarakt pedesaan mulai berkurang pula. Sekolah-sekolah dan gereja-gereja masyarakat mulai mengalami pemunduran secara drastis. Karena tekanan-tekanan iuran, banyak sekolah setempat dibagunkan. Hanya gereja setempat yang tetap. Toko-toko umum untuk masyarakat terpaksa menutup pintunya.
Elsodus ke kota-kota merupakan kemungkinan lain yang anggap oleh masyarakat pedesaan itu sebagai salah satu jalan keluar dari tekanan-tekanan yang ada. Untuk pertama kali, banyak keluarga-keluarga yang terpaksa berpisah dengan anggota keluarga yang lain. Begitulah anak-anak para petani bertumbuh dewasa, banyak diantara mereka mulai meninggalkan tanah pertanian mereka mulai mencoba mencari kesempatan-kesempatan yang baik di kota. Jumlah kehadiran dalam gereja lokal terus menerus menurun. Banyak rumah-rumah sewa yang dibiarkan kosong oleh para eksudus mulai membusuk rusak.
Setelah beberapa tahun, masyarakat pedesaan mulai stabil kembali. Mereka berusah dengan keras untuk membuat yang terbaik dari keadaan mereka. Secara bertahap, mereka terbiasa kedalam rutinitas yang tetap.
Pada tahun-tahun belakangan masyarakat pedesaan mulai mengalami beberapa perubahan. Pada saat ini orang-orang mulai berimigrasi kembali ke daerah pedesaan. Kecendrungan ini mungkin akan terus berlanjut untuk beberapa tahun berikut. Perubahan-perubahan baru ini menciptakan penyesuaian baru bagi masyarakat pedesaan.
Beberpa faktor telah disumbangkan pada kecendrungan baru ini, Industri-industri kecil mulai berlokasi di daerah masyarakat pedesaan. Beberapa orang diantara mereka yang sebelumnya telah pindah ke beberapa kota, kini kembali untuk bekerja pada pabrik setempat. Beberapa orang dari antara mereka yang telah memperoleh pekerjaan di kota-kota itu tidak suka hidup di kota. Tersedianya kendaraan bermotor dan jalan yang beraspal licin merupakan jawaban terhadap keadaan mereka yang menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka sanggup untuk pulang ke daerah pedesaan sambil tetap bekerja di kota. Karena sarana transportasi yang memungkinkan, mereka dapat setiap kali berangkat ke kota untuk bekerja sora pulang lagi ke tempat mereka di daerah pedesaan.
Urbanisasi telah mendatangi pedesaan Amerika melalui kelistrikan, telefon, televisi, alat-alat modern lainnya, dan perubahan yang semakin baik. Jalan-jalan yang semakin baik memungkinkan para petani memasarkan produksi pertanian lebih cepat. Juga, hal itu semakin memudahkan para petani untuk berbelanja di toko-toko kota besar.
Perubahan-perubahan adat kebiasaan pedesaan
Re-eksodus, kembali ke daerah pedesan telah menyebabkan beberapa perubahan kultur pada beberapa tahun di muka. Dari sekian perubahan, beberapa diantaranya akan tidak muda diterima; mereka yang telah hidup di dalam masyarakat itu untuk sekian tahun lamanya akan menentang perubahan.
Orang banyak yang pindah ke daerah masyarakat pedesaan membawa bersama mereka adat kebiasaan kota mereka. Mereka berusaha agar masyarakat pedesaan itu menerima nilai-nilai adat kebiasaan mereka. Mereka mempunyai banyak pengaruh dalam masyarakat itu. Tetapi radio dan televisi mempunyai pengaruh yang paling banyak dan merangsang perubahan adat kebiasaan pedesaan.
Sekolah-sekolah mempunyai pengaruh yang penting dalam beberapa perubahan adat kebiasaan. Buku-buku teks tidak selamanya menggambarkan kehidupan pedesaan; buku-buku itu lebih menggambarkan kehidupan pendatang modern. Kebanyakan guru dalam masyarakat pedesaan tidak berbagi-membagikan adat kebiasaan tradisional pedesaan. Mereka ingin mendorong masyarakat pedesaan merubah adat kebiasaan mereka lebih mirip adat kebiasaan para pendatang.
Pengaruh televisi terasa begitu kuat dalam mendorong terjadinya perubahan-perubahan adat kebiasaan ketimbang bentuk-bentuk media massa lainnya. Televisi telah membatu membentuk suatu “pemikiran massa” dengan membawa semua golongan masyarakat semakin rapat satu sama lain. Hal itu mendesakan tekanan pada seluruh adat kebiasaan Amerika Serikat untuk menyesuaikan diri dengan patokan tertentu. Komunikasi massa ini telah menyebabkan seluruh masyarakt kehilangan banyak jati-diri adat kebiasaan setempat mereka.
Pemunculan perubahan adat kebiasaan ini dan yang lain telah menyebabkan beberapa ketegangan di antara orang-orang pedesaan. Banyak diantara mereka mencoba memelihara suatu suasana “kedaerahan”, tetapi hal itu telah terwujud. Mereka menolak upaya-upaya dari mereka yang ingin membawah perubahan adat kebiasaan. Secara bertahap, penolakan itu akan mulai melemah; perubahan-perubahan adat kebiasaan akan mulai dapat diterima oleh masyarakat pedesaan Amerika.
Perubahan-perubahan Gereja Pedesaan
Seluruh perubahan-perubahan ini, yang terjadi dalam masyarakt pedesaan, dengan kuat mempengaruhi gereja pedesaan. Selama kemunduran jumlah penduduk bertahun-tahun, beberapa gereja kecil terpaksa tutup pintunya. Gereja-gereja yang agak besar masih mampu bertahan. Tetapi kemampunan pelayanan yang efektif mereka terhadap masyarakat telah sama sekali menjadi lemah.
Gereja-gerja pedesaan nampaknya menyerahkan diri mereka sendiri kepada kekalahan mereka. Mereka telah mencoba untuk berbuat sesuatu sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan mereka. Kemampuan yang paling besar bagi kebanyakan gereja-gereja ini terjadi selama jangka waktu dua jam antara pukul sepuluh hingga tengah hari di hari Minggu. Ada beberapa kegiatan kecil lainnya pada sepanjang sisa hari Minggu itu. Gereja-gereja itu belajar untuk bertahan hidup dengan jenis program pengganti yang memerlukan hanya sedikit dana. Dana utama dipergunakan untuk tunjangan pendeta atau gembala jemaat. Sedikit saja perubahan terjadi selama tahun-tahun penurunan jumlah penduduk ini.
Ketika sedikit diantara gereja-gereja pedesaan mulai mengalami pertumbuhan, mereka belum siap untuk itu. Dalam beberapa contoh, penduduk setempat mencoba untuk menekankan pertumbuhan itu. Umat kembali ke masyarakat pedesaan yang dilabeli “pendatang-pendatang baru”. Pendatang-pendatang baru dipandang oleh penduduk setempat sebagai tantangan maupun ancaman. Gereja-gereja setempat terdiri atas keluarga-keluarga petani yang akrab satu sama lainnya. Para pendatang baru hanya punya sedikit pertalian atau sama sekali tidak dengan daerah pedesaan itu; pekerjaan mereka berada di luar masyarakat itu. 
Para pendatang baru ini diterima dengan sopan tatkala mereka menghadiri gereja. Malahan mereka diundang untuk kembali lagi dan beribadah. Tetapi kebanyakan gereja bergerak lambat dalam menghisabkan para pendatang baru ke dalam kegiatan-kegiatan gereja. Para pendang baru itu ke dalam kegiatan-kegiatan gereja. Para pendatang tidak boleh mengambil tempat pelayanan pemimpin. Mereka yang telah lama tinggal dan hidup di daerah pedesaan tersebut mempunyai sikap “lihat dan tunggu” terhadap para pendang baru itu.
Gereja pedesaan selalu lamban dalam memprakarsai perubahan di dalam dirinya. Kebanyakan perubahan yang terjadi bermakna luaran. Barangkali kebanyakan perubahan yang siap diterima berada di dalam area pendidikan. Sekolah merupakan lembaga yang sangat penting dalam masyarakat pedesaan. Hanya gereja dan keluarga yang sejajar dengan lembaga.
Kemajuan dalam pendidikan sekuler menarik perhatian bagi keperluan untuk kemajuan pendidikan Kristen. Karena anggota yang berjenjang terdidik semakin bertambah. Dan mereka menjadi semacam sering gereja. Gereja-gereja mulai mencari pendeta yang berpendidikan sekolah tinggi. Tindakan gereja itu mulai menekan para pendeta untuk mengembangkan pendidikan mereka sendiri.
Tentu saja ada perubahan-perubahan lain yang terjadi dalam gereja pedesaan. Perubahan-perubahan ini akan didiskusikan pada bagian-bagian lain tulisan ini. Namun untuk sementara, perlu diketahui bahwa pedesaan Amerika telah menanggulangi banyak perubahan yang begitu mempengaruhi gereja-gereja pedesaan.
Perubahan-perubahan ini akan berjumpa dengan berlawanan. Permulaan bagi gereja-gereja pedesaan untuk menghadapi tantangan yang akan dibawah oleh perubahan-perubahan ini. Gereja akan menghadapi secara nyata. Mereka akan mendapatkan pemecahan bagi mereka yang tetap memelihara firman Allah yang kudus.
Kebanyakan gereja-gereja pedesaan mananggapi perubahan masyarakat mereka dengan imajenasi dan tenaga. Mereka mencoba menilai perubahan-perubahan yang terjadi untuk menentukan perubahan mana berguna bagi gereja. Inilah macam sikap yang diperluakan oleh semua gereja untuk menghadapi tantangan perubahan masyarakat. 
Catatan Redaksi: Dari sudut tunjaun geopolitik, barangkali artikel ini tidak terlalu pas dengan kondisi pedesaan Indonesia. Namun prinsip-prinsip pendekatan terhadap perubahan nilai-nilai dalam masyarakat pedesaan, mengingat pengaruh-pengaruh media massa yang semakin membanjiri daerah pedesaan kita di masa kini, artikel di atas dapat dijadikan bahan telaah untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang bakal terjadi dengan masyarakat pedesaan kita di masa yang akan datang. Daerah pedesaan Amerika telah merasakannya beberapa puluh tahun silam. Pedesaan Indonesia boleh jadi tidak akan lama lagi merasakannya. Bagaimana kita menghadapinya?
Kenneth C. Theasher adalah pendeta dari Gereja Baptis Winterboro, di Winterboro, Alabama, Amerika Serikat. Ia lahir dan dibesarkan di Sand Mountain. Selama masa permulaan kanak-kanak, ia menghadiri sebuah Gereja Baptisdi sebuah desa kecil. Ia telah menjadi pendeta dibeberapa gereja di Alabama.
Dr. Tharsher menerima B.S nya dari William Carey College, Hettiesbrug, Missippi. Ia menerima M.Div nya dari Southeastern Baptist Theological, Wake Forest, North Carolina dan D.Min nya dari Luther Rice Seminary, Jecksonville, Florida, Artikel di atas diterjemahkan dari salah satu pasal dalam bukunya yang berejudul The Complex Ministry of Rural Church Pastors, terbitan AMG Publisher, Chattanoga, 1984.