Ilustrasi


LETAKKAN BEBAN ANDA

            
Suatu ketika ada seorang wanita hendak bepergian. Wanita itu dikenal sebagai orang yang selalu khawatir. Ia membawa sebuah keranjang yang nampaknya cukup berat saat menaiki tangga kereta. Setelah mendapatkan tempat duduk, ia masih saja menjinjing keranjang yang dibawanya. Seorang penumpang lain menoleh kepadanya danm berkata, “Bu, letakan saja keranjang Ibu di kolong tempat duduk. Kereta inilah yang akan membawa beban Ibu, sekaligus mengantarkan Ibu sampai ke tujuan.”



PENYIKSAAN KEKAL

Seorang pendeta berkhotbah mengenai penyiksaan kekal. Hari berikutnya,  seorang pemuda datang menemui dia untuk berdebat tentang apa yang ia pernah dengar dari khotbah pendeta. Ia berkata kepada pendeta, “Saya percaya bahwa ada perbedaan antara apa yang Anda percayai mengenai penyiksaan kekal. Sekarang saya datang untuk mencari titik temu untuk perbedaan pendapat kita.”

Pendetapun berpikir sejenak. Kemudian berkata kepada pemuda itu. “Tidak ada perbedaan pendapat antara Anda dengan saya. Jika anda membuka Matius 25:46 maka anda akan menemukan bahwa Anda sedang membantah Tuhan Yesus. Maka dari itu saya sarankan supaya secepatnya Anda pergi untuk menyelesaikan perbedaan pendapat antara Anda dan Dia. (”Majalah Berita Mimbar)

 SAMA SAMA KEPALA BATU

Dalam suatu perselisihan rumah tangga terjadilah perdebatan memuncak:
Istri:   Mengapa kamu tidak lagi mau melakukan apa yang sudah kita sepakati
          sehingga rumah tangga kita makin berantakan. Aku kecewa kamu tidak melakukan apa yang  aku harapkan.
Suami:Yah, karena kamupun juga melakukan hal-hal yang aku tidak suka.  Aku juga sudah tak tahan dengan semua  ini.
Karena makin jengkel istri berkata lagi: Ya sudah kalau begitu kelak kalo kamu mati aku tidak akan urus jenazahmu. Aku tidak mau tahu apakah akan ada yang melayat kamu atau tidak.
Tak kalah nekatnya, suami berkata: Tidak ada apa jika kamu tidak pedulikan aku saat aku mati. Kalau kamu tidak urus jenazahku, aku juga tidak akan berikan uang sumbangan kematianku kepadamu. (May G)






MEMBERIKAN SEMUA YANG SAYA TIDAK PUNYA

Seorang petobat baru menyatakan keputusannya untuk memberikan semua yang ia punya kepada TUHAN.  Ia berkata, “Pak pendeta,  kalau saya mempunyai 50 ekor kambing,  saya akan memberikan 25 ekor kepada Tuhan.”  “Itu bagus,”  kata Pendeta missionari: Jika kau mempunyai 30 ekor,  maukah kamu memberikan 15 ekor kepada Tuhan?”  Pak Pendeta terus mengejar.  “Kau tahu saya akan memberikannya,”  jawabnya.  Kemudian Pak Pendeta berkata lagi,  “Jika kau mempunyai 2 ekor,  maukah kau  memberikan 1 ekor  kepada Tuhan?”  “Oow,  pak pendeta,  jangan tanya begitu kepada saya.  Anda tahu saya hanya mempunyai 2 ekor babi.”



Jendela Dunia Baru

Beberapa tahun yang lalu,  saya tinggal disebuah bangunan apartemen tempat tinggal saya.  Saya bisa memandang melampaui lorong antara dua bangunan apartemen ke arah apartemen sebelah yang sama lantainya dengan saya. Di situ tinggal seorang wanita,  yang tidak saya kenal,  sekalipun saya bisa melihat begitu ia duduk di dekat jendela setiap sore untuk merajut atau membaca.Setelah beberapa bulan berlalu,  saya mulai mendapati jendala itu nampak kotor.  Segala sesuatu telah kabur karena corengan.  Saya berkata kepada diri sendiri, “heran,  mengapa wanita itu tidak membersihkan jendela apartemennya?Jendela itu kelihatan mengerikan!”

Pada suatu pagi yang cerah, saya memutuskan untuk membersihkan apartemen saya sesuai dengan kebiasaan tahunan.  Juga saya mencuci kaca jendela bagian dalam.Pada petang hari,  setelah semua rampung,  saya duduk dekat jendala dengan secangkir kopi pelepas lelah.  Saya terkejut.  Di sebelah sana,  wanita itu terlihat duduk dekat jendela seperti biasanya.  Saya bisa melihatnya dengan jelas.  Jendela apartemennya bersih!Kenyataan itu menyedarkan saya.  Saya mengeritik jendelanya yang kotor,  tetapi saya  memandang lewat jendela saya sendiri yang kotor!Hal itu benar-benar pelajaran yang obyektif.  Betapa sering saya melihat,  dan mengeritik orang lain melalui selubung kedunguan saya sendiri,  melalui kabut kekurangan saya sendiri.

Sejak itu,  setiap kali saya tergoda untuk menghakimi orang,  terlebih dahulu saya bertanya kepada diri saya sendiri,  “Apakah saya melihat kepadanya melalui jendela saya sendiri yang kotor ?” Kemudian saya  mencoba menggosok,  memoles jendela dunia saya sendiri supaya saya dapat melihat dunia luar dengan lebih jelas. Dan tahukah Anda? Cara itu terbukti ampuh. ( Ruth E Knowlon, Majalah Berita Mimbar)