Tak Sebatas “Tuhan itu Ada”
Dicantumkannya agama dalam kartu identitas kita menunjukkan bahwa kita percaya Tuhan itu ada. Namun seringkali kepercayaan kita memang hanya sebatas Tuhan itu ada. Itulah mengapa Tuhan yang tak terbatas menjadi terbatasi untuk berkarya sebagai pusat kehidupan yang menghidupkan hidup kita. Oleh karena itu libatkan Dia untuk berkuasa atas segala situasi dan di setiap detik aktifitas yang kita jalani. Jangan biarkan kita merasa segalanya telah runyam. “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.” (Maz 62:2).
MENGAPA KITA PERLU MENGAKU DOSA PADA SESAMA?
By Spiros Zodhiates, Th.D
Rasul
Yakobus dengan jelas mengatakan,
“Hendaklah kamu saling mengaku dosamu.”
Setelah membaca ayat ini, kita segera sampai pada simpulan bahawa
Yakobus tidak sedang membicarakan tentang pengkuan dosa-dosa kita, tetapi
tentang kesalahan-kesalahan kita. Ada dua macam dalam ayat
ini, yang pertama mempergunakan kata hamartias, yang biasanya di terjemahkan “dosa,”
dan berikut adalah paraptoomata, yang artinya” keluar garis atau keluar jalur.” Sama sekali tidak ada perbedaan mana
yang dapat kita pilih di antara kedua kata ini di pakai sebagai
yang pailing tepat, yang \pertama hamartias, artinya dosa dalam pengertian kehilangan tanda yang di berikan kepada
kita oleh Allah; dan yang kedua paraptoomata artinya dosa dalam pengertian keluar dari tilas yang telah di
tinggalkan oleh Tuhan untuk kita
tapak-tilasi. Yang kedua menyiratkan
yang pertama, karena kalau kita keluar dari jalan yang seharusnya kita lalui,
kita tidak pernah sampai ketempat yang kita tuju. Kalau dari Solo kita hendak ke Jakarta , kita tidak akan
pernah tiba di Surabaya. Kita harus
mengambil jalan yang tepat untuk tiba di tempat tujuan yang kita tetapkan
sebelumnya. Karena itu, apapun arti dari
kata itu, kata itu menunjuk pada menjadi atau berbuat sesuatu yang asing baik
untuk jalan maupun tujuan.
Tak
pelak lagi bahwa Yakobus di sini sedang membicarakan orang Kristen. Ia harus saja mengakhiri cerita tentang
seorang saudara yang sakit yang di kunjungi oleh para penatua gereja lokal yang
mengurutnya dengan minyak dan mendoakan dia
supaya sembuh. Yakobus mengatakan
keppada kita bahawa walaupun orang itu
berdosa, Tuhan akan mengampuni dia. Dari
perkataan ini, sangat mungkin bahawa orang itu sakit karena dosa, kendatipun
kasus ini tidak selalu terkenak pada setiap orang yang sakit.
Tetapi ia kuatir kalau-kalau penatua gereja
lokal itu merasa bahawa mereka dapat menggolongkan diri mereka
sebagai “bapa pengakuan,” Seperti yang di perbuat orang pada akhir-akhir
ini. Kita harus ingat di sini Yakobus
tidak mengatakan, “karena itu, akuilah dosamu kepada para penatua.” Melainkan, “hendaklah kamu saling mengakui
dosamu.” Ini sungguh menarik, Yakobus
sedang berbicara kepada orang Kristen secara umum tatkala ia berkata, “Hendaklah kamu saling mengakui
dosa.”
Kalau
benar bahawa umat awam, orang biasa yang berdosa, harus mengakui dosa-dosa
mereka kepada para penatua gereja
mereka, maka sama benarnya pula para penatua itu harus mengakui
dosa-dosa mereka. Tidak harus kepada
sesama penatua, tapi bisa kepada sesama saudaranya di dalam Kristus, saudara
mereka secara rohani. Setelah
penyembuhannya, saudara yang sakit ini tidak dapat lagi menyimpan rahasia dosa
di dalam dirinya yang membuat dia mengalami penyakit jasmani , sehingga ia
menceritakannya kepada tamu-tamu Kristennya itu. Bahkan seandainya tamu-tamunya itu bukan
penatua yang mengemban tanggung jawab tertentu, kita yakin bahawa saudara yang
sakit akan tetap mengakui dosa-dosanya kepada mereka. Dan siapa yang tahu apakah para penatua ini,
pada saat ketika saudara yang sudah di sembuhkan membuka hatinya dan mengakui
dosanya kepada mereka, berbalik mengakui
dosa-dosa mereka juga kepadanya?
Kata alleelois yang di terjemahkan “saling” sangat menarik. Kata itu berasal dari kata
Yunani allos,
“lain.” Namun masih ada kata
Yunani yang lain yang juga mempunyai arti yang sama, yaitu heteros. Dari kata inilah asal kata
“heterogen.” Alos mengungkap suatu perbedaan menurut angka dan menunjuk pada sesuatu yang
lain dari jenis yang sama, sementara heteros mengungkapkan suatu perbedaan sifat dan menunjuk pada sesuatu yang lain
dari jenis yang berbeda. Ada sesuatu yang Roh
Kudus hendak ajarkan kepada kita. Kata allelois yang di gunakan Yakobus di sini menunjuk
pada “orang lain dari kelompok atau golongan yang sama,” dan berdasarkan sifat kata ini kita tiba pada
simpulan bahawa Yakobus menganggap para penatua itu sekualitas dan
sederajad dengan sudara mereka yang
mereka doakan itu.
Saudara
itu tidak lebih rendah dari mereka, atau mereka lebih tinggi dari dia. Ia mengakui dosa-dosanya kepada mereka, dan
mereka dapat mengakui dosa-dosa mereka kepadanya. Kenyataan bahawa mereka tidak sakit tidak
berarti bahawa mereka bukan orang-orang berdosa, sebaliknya bahawa seseorang
sakit tidak selalu karena ia orang berdosa.
Jadi arti mutlak dari ayat ini ialah sebagai orang kristen kita semua
pada dasarnya sma, sejauh yang menyangkut kerentanan terhadap dosa, dan dalam
mengakui dosa satu terhadap yang lain tanpa membedakan derajad, bahkan pun
antara umat awam dan imam. Seorang imam
setelah mendengarkan pengakuan dosa
anggota jemaatnya yang menyesal harus mempunyai keberanian dan daya
tahan moral untuk berbalik mengaku dosa-dosanya kepada anggota jemaatnya. Itulah yang di ajarkan oleh rasul Yakobus.
Tetapi belum aman
mendasarkan suatu doktrin pokok yang penting seperti ini pada satu ayat Alkitab
saja. Mari kita selidiki bagian-bagian
lain dari Alkitab untuk melihat apakah pada zaman rasuli ada praktek tertentu
dari apa yang di kenal sebagai pengakuan dosa.
Dapatkah kita menemukan di dalam Perjsanjian Baru ayat atau kisah yang
menunjukan bahawa ada rasul yang menunggu di sebuah ruang kecil. Menunggu orang yang akan mendatangi mereka
dan mengakui dosa-dosa mereka? Alkitab
sama sekali sepi dari persolan ini. Baik
Petrus maupun Yohanes atau Paulus dan tulisan-tulisan mereka tidak pernah
menceritakan bahawa da orang yang menghadap mereka untuk mengakui dosa-dosa
merreka dan mereka di ampuni. Apakah itu
karena mereka yang bertobat dalam pelayanan mereka menjadi tanpa dosa? Tidak. Karena mereka terus menyalahkan
anak-anak rohani mereka karena keseiringan mereka berbuat dosa. Tidak, tidak
ada pengakuan-pengakuan seperti ini di dalam Perjanjian Baru.
Pengakuan
dosa pada masa rasul-rasul merupakan sesuatu yang insidental yang tidak di
sokong oleh kewajiban dan peraturan rasuli, tetapi yang berasal dari paksaan
sengaja dari jiwa pribadi yang membuat pengakuan itu. Kalau orang tidak mengakui dosanya kepada
Paulus, tidak berarti bahawa orang itu akan masuk kedalam nereka. Pencuri yang di salibkan di sebelah Tuhan
Yesus tidak mengakui dosa kepada rasul, karena tidak ada rasul pada waktu
itu. Tetapi ia menangis kepada Kristus,
dan puji Tuhan, Kristus siap untuk setiap orang! Maka kita dapati bahawa tidak ada satu contoh
pun di mana ada murid-murid Kristus atau rasul-rasul tertentu mengajak seseorang untuk datang dan mengakui
dosanya kepada mereka.
Ingat perselisihan antara Petrus dengan
seseorang yang bernama Simon, yang mencoba menawarkan uang kepadanya untuk
mendapatkan karunia Roh Kudus? Petrus menyuruh dia bertobat, tetapi tidak
memintanya mengakui dosa-dosanya kepadanya,
melainkan mengakui dosa-dosanya kepada Allah dan menerima pengampunan
dari Dia. “Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan
berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengamouni niat hatimu ini.” (Kis. 8:22). Petrus, tidak seperti mereka yang mengklaim
menjadi penerusnya menurut suksesi rasuli, tidak pernah menyuruh Simon mengakui
dosa kepadanya, atau memberikan pengampunan dosa kepadanya.
Seluruh dunia
kristen mengulangi ucapan doa Bapa kami, setiap kali kita mengulangi doa-doa
itu, kita menyatakan bahawa pengakuan dosa itu di tujukan kepada Allah saja dan
bahwa pengampunan juga hanya berasal dari Dia dan bukan dari orang biasa. Kita ucapkan, “Bapa kami di sorga…..ampunilah kesalahan
kami” (mat.6
:9,12).
Seorang pemungut cukai mencari belas kasihan,
bukan dari manusia melainkan dari Allah, tatkala Ia berkata, “ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa
ini,” (Luk.
18:13). Justru wajar dan logis bahawa
pengakuan dosa harus di sampaikan kepada pribadai yang mampu mengampuni dosa;
dan hanya Allah yang mmampu melakukannya, seperti yang di nyatakan oleh Yohanes
dalam suratnya yang pertama, pasal satu, ayat sembilan,”Jika kita mengaku dosa kita , maka Ia
adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kta dan
menyucikan kita dari segala kejahatan,” sama sekali tidak masuk akal
pergi ke seorang tukang daging untuk membeli buku theologia. Sama tidak masuk akal pergi kepada seseorang
yang tidak sanggup mengampuni dosa kita untuk meminta pengampunan dosa. Kita benar-benar akan kecewa. Marilah kita datang kepada Yesus Kristus,
karena “Dan Ia adalah
pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga
untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh. 2:2).
Tetapi apakah pengakuan dosa kita kepada sesama saudara berbeda dari
pengakuan dosa kita kepada Allah? Kalau
kita mengakui dosa-dosa kita kepada Allah saja, karena hanya Dia yang sanggup
mengampuni kita, yang telah melunasi hutang hukuman terhadap dosa kita, mengapa
kita di suruh Yakobus untuk saling
mengakui dosa-dosa kita satu terhadap yang lain?
Subscribe to:
Posts (Atom)