SIKAP ANAK MENCERMINKAN SIKAP ORANG TUA

Di dalam cara yang sama seorang anak akan berkomunikasi dengan orang lain.
Berbicaralah lembut kepada anak anda jika anda ingin dia berkomunikasi secara lembut dengan orang lain.
Mendengarlah denga penuh perhatian dan penuh kesabaran kepada anak anda jika anda ingin ia berbicara dengan serupa kepada anda.


Jika anda menunjukan ketidakacuhan yang sama akan ditunjukannya kepada orang lain.
Jika anda ingin sungguh-sungguh ingin menemukan ciri sejati anak anda amatilah dengan hati-hati sikapnya dengan teman sebayanya. Hal ini dapat memampukan anda untuk menilai keefektifan sikap anda di rumah dan pengaruh sekolah dan kontak-konta lain.
Semangat kepercayaan diri lebih dapat dipangang ketimbang ajaran. Anak anda akan menghadapi situasi yang sulit dengan yang dia lihat dan menghadapi situasi serupa itu.
Jika anda pemboros, anak anda juga akan demikian.
Jangan menahan anak anda untuk masuk dalam suatu dilemma pencarian pemecahan bagi persoalan keluarga, biarlah mereka mengalami sosialisasi, pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga atau finansial.

Anak yang bertumbuh dalam kelimpahan finansial akan membangun gaya hidup santai.
Singkapkanlah kepada anak anda tokoh-tokoh yang berguna yang dapat mereka idolakan sebagai pahlawan. Jika anda tidak memperkenalkan mana yang baik di pahlawankan, mereka akan mengambilnya dari TV, sekolah atau lingkungan lain yang barang kali yang tak diinginkan. 

Spiros Zodhiates

Para Orang Tua & Remajanya


Belajarlah bagaimana mengatakan “tidak!” Mereka akan terus mendesak orang tua mereka sepanjang orang tua membiarkan mereka.

Kerap kali para remaja ingin orang tua mereka mengatakan “tidak!” Meraka akan terus mendesak orang tua mereka sepanjang orang tua membiarkan mereka.

Penulihlah kebutuhan mereka, bukan keinginan mereka.

Para remaja suka berpergian bersama-sama dengan suatu kelompok, bahkan sekalipun bukan ke tempat-tempat yang paling mereka sukai. Mereka akan mencoba untuk menempatkan suatu perjalanan yang salah pada orang tua mereka dengan mengatakan, “teman-teman saya diizinkan orang tua mereka.” Dalam banyak kasus, ini tidak benar.

Bertindaklah sesuai dengan prinsip, bukan karena tekanan.

Para remaja akan terus menekankan orang tua mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi orang tua tetap pada patokan pada prinsip. Remaja ingin pergi ke pesta minum; tetapi prinsip adalah remaja tidak boleh minum, itu melawan hukum dan menyebabkan ketidak matangan sosial dan emosi.

Berbicarlah kepada anak-anak, jangan berkomunikasi.

Komunikasi merupakan istilah yang telah dipakai berlibih-lebihan yang menyiratkan suatu perangkat khusus yang berisi garis permulaan dalam formula yang mesti dituruti para orang tua. Kita tidak butuh garis penuntun, atau suatu formula, kita perlu berbicara kepada anak-anak kita, menganai perasaan mereka, apa yang mereka pikirkan, dan apa kebutuhan mereka .

Jadilah orang tua yang gigih.

Para remaja sangat gigih dalam berusaha mendapatkan keinginan mereka, tetapi para orang tua harus lebih gigih lagi dalam melihat bahwa kebutuhan mereka terpenuhi.

Pergunakanlah wibawa, bukan kekuasaan.

Para orang tua harus mempergunakan wibawa yang didasarkan pada hikmat, pengetahuan dan kerampilan yang unggul. Sedangkan kuasa di dasarkan pada kekuatan dan tekanan yang lebih unggul. Hal ini mematikan inisiatif dan kreatifitas mereka.


Hadapilah situasi yang terjadi dengan tenang.

Jika remaja melakukan suatu kesalahan, hadapilah persoalan itu. Jangan menunggu amarah bertambah sehingga terjadi ledakan. (Majalah Berita Mimbar)

Jadi Teman Bagi Keluarga Anda



Keremajaan merupakan periode yang paling riskan dalam kehidupan kita,  ketika di satu pihak kita bergumul  untuk ketakbergantungan kita kepada orang lain dan jati diri kita dan dipihak lain yang kita inginkan  (secara sembunyi,  diam-diam) merasakan keamanan dengan tetap menjadi kanak-kanak.  Saat ini  merupakan  saat mengingini melepaskan belenggu tetapi sementara itu mengkuatirkan masa depan,  terhadap rasa tak aman akan pengambilan keputusan itulah,  kebertemanan  dan identifikasi dalam sebuah kelompok menjadi prioritas.
Sebuah kelompok majalah telah  melakukan survei mengenai “Mengapa Anak-anak Remaja Pergi ke Kelompok Muda-mudi?”   Salah satu dari dua alasan teratas ialah bahwa para remaja pergi kelompok muda-mudi karena suka berteman dengan pemimpin kelompok muda-mudi itu.  Hal ini membuat suatu penyataan yang besar mengenai betapa pentingnya bagi para remaja untuk mempunyai hubungan yang erat dengan seorang yang lebih tua dari mereka,  kepada siapa mereka menaruh hormat,  penghargaan.  Masalahnya ialah:  Bagaimana kita bisa menjadi teman dari para remaja kita?
Saya ingin menyentuh tiga bidang yang sangat penting untuk para orang tua yang ingin menjadi teman untuk para remajanya.

Keseimbangan antara kasih dan disiplin

Mula-mula harus ada keseimbangan antara kasih dan disiplin.  Saya pernah melihat akibat yang dialami oleh sebuah keluarga  yang tidak yakin terhadap pendisiplinan  anak-anak mereka.  Anak-anak tidak mempunyai batasan-batasan yang jelas,  tidak ada daerah yang aman,  tidak ada tempat untuk meletakan kaki mereka dengan kuat dan berkata,  “Yang ini dapat diterima,  itu tidak!”  Saya menjumpai bahwa hal itu memberi tekanan kepada anak-anak untuk mencari batasan-batsan yang benar.  Mereka benci rasa tidak aman terhadap jenis ini  dan kehilangan penghargaan terhadap mereka yang tidak cukup kuat untuk menyediakan bagi mereka rasa aman yang mereka perlukan dalam bidang ini.
Amsal 22:15 mengatakan,  “Kebodohan melekat pada hati orang muda,  tetapi tongkat didikan akan mengusir mereka dari padanya.”  Amsal 23:113,  mengatakan:  “Jangan menolak didikan bagi anakmu,  ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya denga rotan.  Ayat 4  meneruskan,  :  engakau memukulnya dengan rotan;  tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.”
Sisi lain dari bidang ini adalah persoalan kasih.  Memaparkan seorang anak dengan begitu saja karena frustrasi menunjukan hilangnya kontrol  diri dan suatu pendekatan dengan kegeraman.  Disipilin ditandai dengan bekerja sama di dalam kasih.  Saya yakin bahwa keseimbangan antara kasih dan disiplin  merupakan persyaratan bagi para remaja untuk menghargai orang tuanya.  Jadilah bukan hanya sebagai orang tua tetapi juga sebagai teman bagi remaja kita,  barulah mereka menghargai kita.

Ketulusan

Bidang kedua ialah menjadi “tulus”  bagi anak-anak kita.  Inilah aspek terbesar dalam komunikasi.  Tidak ada hubungan yang di dalamnya orang saling melihat setiap hari dapat bertahan jika komunikisi tidak berhasil.  Ia melihat bahwa jika seorang teman tinggal di tempat yang lain,  hubungan mereka tetap erat sekalipun tingkat komunikasinya menurun secara drastis. Tetapi jika tempat tinggalnya berdekatan dengan komunikasinya menurun hubungan akan menjadi tegang.  Yang satu heran jika yang lain terbalik, dan kemudian yang lain heran mengapa yang pertama berpikir sehingga mereka berdua mungkin.  Permainan tebak-tebakan  curiga  dan rasa tidak percaya akan menghebat hingga komunikasi diperbaiki atau pertanyaan dijawab,  atau hubungan itu mati.  Ini merupakan “rubah-rubah kecil,  yang merusak ladang anggur”  hubungan.

Komunikasi

Kita harus memelihara jalur komunikasi dengan para remaja kita.  Kita harus terbuka terhadap mereka,  atau kita tidak dapat mengharapkan bahwa mereka akan berlaku demikian terhadap kita,  mempunyai kemampuan untuk menjadi tulus selama masa ini dalam kehidupan mereka tatkala ada begitu banyak keputusana yang harus dibuat dan pertanyaan yang harus dijawab.

Waktu untuk berteman

Terakhir,  menjadi teman bagi remaja-remaja anda memerlukan waktu.  Di dalam  masyarakat zaman yang serba cepat,  kita harus bergumul dengan waktu untuk menyediakan waktu yang cukup untuk anak-anak kita. “Kelaliman dari yang mendesak” dapat merampok dari kita  hal-hal yang penting.  Remaja-remaja kita dapat bertumbuh dan menjadi dewasa jika kita menanam persediaan waktu dengan mereka “suatu hari tertentu.”  Nyayian  “Kucing dalam ayunan”  menggambarkan segala sesuatu menganai seorang ayah yang mempunyai perhatian untuk menyediakan waktu bagi anak laki-lakinya, tetapi tidak pernah mendapatkannya.  Yang menjadi tragedi ialah rugi sesuatu yang tidak pernah kita dapati sebelumnya.  Jika mereka pergi,  itulah waktu yang kita mesti luangkan untuk mereka,  yang akan kita ingat dengan kemesraan;  bukan waktu yang kita luangkan untuk kesibukan pekerjaan.
Tidaklah penting bahwa kita dapat memikat mereka. Yang penting ialah bahwa kita bersenang-senang dengan mereka dan mereka mendapatkan pesannya – bahwa kita tidak hanya mengasihi mereka, tetapi mengasihi bersama-sama dengan mereka.  Hal ini akan membangun gambaran diri mereka sendiri dan keberteman kita dengan mereka. Juga membangun ingatan sampai pada akhir hidup.

Ron Marrujo
Glad Tidings 

Jendela Dunia Baru

Beberapa tahun yang lalu, saya tinggal disebuah bangunan apartemen tempat tinggal saya. Saya bisa memandang melampaui lorong antara dua bangunan apartemen ke arah apartemen sebelah yang sama lantainya dengan saya. Di situ tinggal seorang wanita, yang tidak saya kenal, sekalipun saya bisa melihat begitu ia duduk di dekat jendela setiap sore untuk merajut atau membaca.Setelah beberapa bulan berlalu, saya mulai mendapati jendala itu nampak kotor. Segala sesuatu telah kabur karena corengan. Saya berkata kepada diri sendiri, “heran, mengapa wanita itu tidak membersihkan jendela apartemennya?Jendela itu kelihatan mengerikan!”

Pada suatu pagi yang cerah, saya memutuskan untuk membersihkan apartemen saya sesuai dengan kebiasaan tahunan. Juga saya mencuci kaca jendela bagian dalam.Pada petang hari, setelah semua rampung, saya duduk dekat jendala dengan secangkir kopi pelepas lelah. Saya terkejut. Di sebelah sana, wanita itu terlihat duduk dekat jendela seperti biasanya. Saya bisa melihatnya dengan jelas. Jendela apartemennya bersih!Kenyataan itu menyedarkan saya. Saya mengeritik jendelanya yang kotor, tetapi saya memandang lewat jendela saya sendiri yang kotor!Hal itu benar-benar pelajaran yang obyektif. Betapa sering saya melihat, dan mengeritik orang lain melalui selubung kedunguan saya sendiri, melalui kabut kekurangan saya sendiri.

Sejak itu, setiap kali saya tergoda untuk menghakimi orang, terlebih dahulu saya bertanya kepada diri saya sendiri, “Apakah saya melihat kepadanya melalui jendela saya sendiri yang kotor ?” Kemudian saya mencoba menggosok, memoles jendela dunia saya sendiri supaya saya dapat melihat dunia luar dengan lebih jelas. Dan tahukah Anda? Cara itu terbukti ampuh. ( Ruth E Knowlon, Majalah Berita Mimbar)

Rest in the Lord


Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; … (Maz 37:7)

Di kehidupan dunia masa kini, kesabaran adalah sesuatu yang susah ditemukan. Kita sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan dalam segala hal, mulai dari cara menghidangkan makan sampai cara berkirim surat. Kesabaran sejati telah menjadi suatu seni yang hilang di hari-hari ini.
Penting bagi kita untuk mengingat bahwa kesabaran adalah suatu kebajikan. Jadi, apapun yang Anda usahakan untuk Anda capai, laksanakanlah dengan kerja keras dan kesabaran karena pencapaian sejati tidak terjadi secara mudah atau secara instan. “ agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.” (Ibr 6:12). Oleh sebab itu tanamkan iman Anda dalam Tuhan, bekerja keraslah dan milikilah kesabaran


-Pastor Allen

Ia Tidak ijinkan Bahtera Hidup Anda Karam


TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? (Maz 118:6)

Kita semua sering mengalami kesulitan hidup dari waktu ke waktu. Kesulitan itu terjadi saat kita berurusan dengan orang atau ketika kita menghadapi situasi yang membuat kita patah semangat. Sering kali kesulitan-kesulitan itu bahkan memuncak pada titik batas kekuatan kita. Di situlah kita merasa tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

Nah, kalau semua itu terjadi, ingatlah bahwa Firman Tuhan mengatakan “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Fil 4:13). Oleh karena itu, ketika Anda diperhadapkan pada sesuatu yang terasa sulit, mengapa tidak minta tolong kepada Tuhan? Bukankan tertulis dalam Alkitab “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.?" (Lukas 1:37). Ingatlah bahwa dengan pertolongan Tuhan, Nuh membangun bahtera sedangkan para profesional membangunTitanic yang akhirnya karam.

Jangan pernah merasa berkecil hati ketika Anda memiliki kuasa dahsyat Allah di pihak Anda. Apapun kesulitan Anda, entah besar atau kecil, tidak akan mampu menandingi kuasa-Nya! Akhirnya, hadapilah setiap permasalahan dengan dengan keyakinan bahwa Tuhan akan menolong Anda. Amen.

Pastor Allen

APAKAH KEMATIAN ITU HANYA SEPERTI TIDUR?


Spiros Zodhiates, Th.D

“Tetapi beberapa diantaranya telah meninggal (jatuh tertidur)” 
I Korintus 15:6c.

Pernahkah Anda merasa begitu lelah sehingga anda hampir tidak dapat menunggu untuk menjatuhkan diri ke tempat tidur? Kita semua pernah merasa begitu, suatu saat atau disaat yang lain. Betapa melegakan rasanya membaringkan tubuh anda yang letih dan kemudian menutup mata, tidur. Kata ini, “tidur”, mengandung makna menyenangkan, dan menyejukkan. Dan tidur di dalam Alkitab digandengkan dengan suatu pokok yang sangat menakutkan manusia lebih dari satu kali, dan dengan mereka membiarkan percakapan mereka pun sebagai renungan yang membingungkan. Pokok itu adalah “kematian”. Kita bergerenyit jika kita mendengarkannya. 

Itulah sebabnya mengapa minat kita begitu dibangkitkan oleh ungkapan yang dipakai Rasul Paulus dalam membicarakan 500 saksi yang melihat Yesus Kristus setelah kebangkitanNya. Ketika Paulus menulis peristiwa itu setelah dua puluh lima tahun kemudian, ia mengatakan bahwa lebih dari setengahnya telah “jatuh tertidur”(versi NIV dan KIV). Mengapa Paulus mempergunakan ungkapan ini alih-alih dengan sederhana menyatakan bahwa mereka telah meninggal? Apakah karena ia ragu-ragu untuk menyebut sebuah sekop sebagai sebuah sekop, oleh karena itu ia mempergunakan bentuk penghalusan untuk melembutkan kata yang jelek? Sama sekali tidak! Ia mempergunakan terminologi yang cocok bagi pengalaman ini untuk orang Kristen, dalam memandang kenyataan kebangkitan tubuh Tuhan Yesus Kristus. 

Perjanjian Baru sering kali membicarakan kematian alamiah manusia sebagai sebuah sekop, oleh karena itu ia mempergunakan terminologi yang cocok bagi pengalaman ini untuk orang Kristen, dalam memandang kenyataan kebangkitan tubuh Tuhan Yesus Kristus. Perjanjian Baru sering kali membicarakan kematian alamiah manusia sebagai tidur. Barangkali penandaan ini disebabkan oleh beberapa acuan kematian sebagai tidurnya jiwa manusia. Bagaimanapun, kita akan melihat nanti bahwa terminologi ini mengacu hanya pada tidurnya tubuh dan bukan jiwa.

Kata kerja Yunani yang dipergunakan untuk “tidur” di dalalm 1 Korintus 15:6 adalah ekoimeetheesan, bentuk aorist pasif dari koimaoo, bentuk tengah dan pasif dari yang digunakan secara intransitive (tak berpelengkap). Makna utama dari kata ini adalah tidur alamiah yang menghabiskan dua per tiga dari seluruh waktu hidup kita. Kata ini dipergunakan sebagai kematian karena, dalam kematian seperti dalam tidur, menurut cara Alkitab, kita berbaring untuk bangun kembali belakangan. Juga dalam kematian, seperti dalam tidur, tubuh tetap diam, tenang dan hening. 

Nah, ketika tidur, meskipun rasa jasmani kita dipotong dari kesadaran kontraknya dengan dunia sekeliling kita, namun pikiran atau jiwa kita masih tetap aktif. Para saintis yang pernah mengukur aktivitas mental manusia sementara ia tidur menemukan bahkan memecahkan persoalan dalam mimpi mereka dan bangun keesokan paginya dengan pengertian yang lebih baik mengenai situasi yang membingungkan ketimbang sebelum mereka pergi tidur. Ketika anda tidur, kesadaran anda tetap ada, bahkan sekali pun tubuh anda telah “mati bagi dunia”. Dalam mempergunakan terminologi untuk kematian yang menunjuk kepada tidur alamiah, Paulus mengharap kita mengerti bahwa kebangkitan itu menyangkut tubuh, dan bukan jiwa, karena itu hanya tubuh yang jatuh tertidur dalam kematian, jiwa tetap menguasai kesadaran. 

Alkitab tidak pernah membicarakan Yesus Kristus bahwa Ia “jatuh tertidur,” tetapi bahwa Ia mati (1 Korintus 15:3). Masih mengacu kepada mereka yang mati dengan iman di dalam Dia, gagasan itu melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka jatuh tertidur. Meskipun Alkitab menceritakan kepada kita bahwa Tuhan merupakan “buah sulung dari mereka yang jatuh tertidur” ( 1 Korintus 15:20), namun Alkitab tidak mengatakan bahwa Ia sendiri jatuh tertidur. Mengapa begitu?

Kita yakin bahwa Allah di dalam kemahatahuanNya, telah melihat lebih dahulu bahwa akan ada banyak keragu-raguan berkenaan dengan kenyataan kematian Kristus. Oleh karena itu, Ia menginspirasikan kepada para penulis Alkitab untuk mempergunakan penyusunan kata-kata yang lebih berhati-hati pada bagian ini. Orang Islam, sebagai contoh, mengklaim bahwa Yesus tidak benar-benar mati, dan banyak kalangan rasionalis mencoba mati-matian untuk membuktikan hal yang sama. Coba bayangkan betapa sukarnya kasus mereka ditangani jika tiga hari Ia berada di dalam kubur. Tidak, terminologi ini yang secara umum dipergunakan untuk kematian orang Kristen tidak pernah diterapkan kepada kematian Yesus Kristus. 

Frasa “jatuh tertidur” telah dipergunakan untuk menggambarkan kematian, bahkan pun dikenakan kepada orang-orang kudus yang telah mati sebelum Tuhan Yesus datang ke bumi (Matius 27:52; KPR 13:36). Frasa ini dipergunakan juga untuk Lazarus sewaktu Tuhan sendiri sudah ada di bumi (Yohanes 11:11). Dan frasa ini pun dipergunakan untuk orang-orang percaya setelah kenaikan Tuhan Yesus (KPR 7:60; I Korintus 11:30; 15:6; I Tesalonika 4:13-15; pernah menubuatkan bahwa Dia sendiri akan jatuh tertidur dan kemudian bangun lagi. 

Kematian dan kebangkitan Tuhan berhubungan pasti dengan kematian dan kebangkitan kita sendiri, dan hal ini di ungkapkan oleh pelambangan tidur karena mengacu kepada kematian jasmaniah kita sebagai anak-anak Allah. Sungguh luar biasa dan indah untuk mencatat bahwa Perjanjian Baru hampir tidak pernah memakai terminologi mati dan kematian untuk menunjukkan perceraian tubuh dan jiwa. Kata itu tetap merupakan kata yang kabur untuk menggambarkan kenyataan keterpisahan jiwa dari Allah, dan secara luar biasa mempergunakan pengertian-pengertian itu sebagai bayangan dan lambang fakta raga manusia terpisah dari rumah di mana ia tinggal di dunia ini. Tetapi Kekristenan dan dunia mempergunakan metafora ini untuk kematian dengan alasan-alasan yang secara langsung berlawanan. Dunia begitu khawatir terhadap kematian yang berani tidak bernama dan merupakan sesuatu yang jelek. Iman orang Kristen tidak begitu menakuti kematian. Bahwa kematian itu tidak terpikir sebagai peristiwa yang sebanding dengan nama panggilannya, tetapi teminologinya sekedar jatuh tertidur. Hal ini tidak untuk mengatakan bahwa semua orang Kristen telah mencapai damai yang sempurna di dalam hati dan pikiran dengan menghargai kematian, tetapi semakin dekat mereka datang kepada Kristus dan makin dalam mereka membenamkan diri di dalam Firman Allah, kematian menampakkan kepada mereka akhir dari kehidupan dan kebanyakan mereka memahaminya sebagai jatuh tertidur, dari mana mereka bangun untuk pengalaman supremasi kepenuhan hidup di dalam Kristus untuk selama-lamanya. 

Bahkan ketika keadaan pada waktu meninggalkan dunia ini begitu menyakitkan dan keras, Alkitab tetap mempergunakan terminologi “jatuh tertidur”. Tidak menyolok ketika martir Kristen yang pertama, memar oleh batu dan mati dalam keadaan hancur berdarah, dikatakan jatuh tertidur? Jika sekiranya ada contoh di dalam mana metafor yang lembut nampak tidak tepat, itu adalah kematian yang kejam, menerima teriakan banyak orang yang melempari dia dengan batu. Meskipun begitu,” setelah selesai berkata-kata, ia jatuh tertidur.” (KPR 7:60). Jika itu benar kematian serupa itu, tidak ada kesakitan jasmaniah bagi siapa saja membuat kata yang lembut tidak tepat untuk setiap orang (Lihat Alexander Madaren, Expositions of Holy Scripture, 1 Corinthian, pp. 211-212). 

Gagasan mengenai kematian sebagai tidur saja bukan sekedar ide Kristen. Orang-orang Yahudi secara sempurna sangat akrab dengan gagasan itu, karena mereka membicarakan kematian mereka sebagai (Ulangan 31:16; 2 Semuel 7:12; 1 Raja-Raja 2:10; Ayub 7:21). Anda akan menemukan tidur dipergunakan sebagai lambang kematian di dalam filsafat Yunani, di dalam semua puisi, dan banyak literatur prosa dunia. Sangat menarik untuk mencatat bahwa dalam era post Kristen, pada pertengahan abad ketiga jika tidak terlalu awal, orang-orang Yunani menyebutkan pekuburan mereka koi meeteeria, “tempat tidur”. Dari kata Yunani inilah orang Inggris mendapatkan kata “cemetery”, pekuburan. 

Bagaimanapun, Tuhan Yesus Kristus dan Rasul Paulus tidak berbicara sekedar seperti puisi atau filsafat tetapi telah mempergunakan bahasa yang amat sangat nyata. Karena kenyataan kebangkitan Kristus, kematian hanyalah merupakan tidur, karena di dalam Dia kebangkitan dan bangunnya kita dari pertiduran itu pasti.(BM)

Rest in the Lord

Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; … (Maz 37:7)
Di kehidupan dunia masa kini, kesabaran adalah sesuatu yang susah ditemukan. Kita sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan dalam segala hal, mulai dari cara menghidangkan makan sampai cara berkirim surat. Kesabaran sejati telah menjadi suatu seni yang hilang di hari-hari ini.
Penting bagi kita untuk mengingat bahwa kesabaran adalah suatu kebajikan. Jadi, apapun yang Anda usahakan untuk Anda capai, laksanakanlah dengan kerja keras dan kesabaran karena pencapaian sejati tidak terjadi secara mudah atau secara instan. “ agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.” (Ibr 6:12). Oleh sebab itu tanamkan iman Anda dalam Tuhan, bekerja keraslah dan milikilah kesabaran
-Pastor Allen

JANGAN TETAP BERNYALI TIKUS

ANGAN TETAP BERNYALI TIKUS

Tema tentang kebaikan Allah tidak pernah habis kita gali, karena kebaikan Allah takmungkin dapat dihitung dan tak ternilai besarnya. Baik orang mempercayai atau tidak akan kasihNya, kasihNya tak berubah dan tetap bernilai.

Cerita lama dari India menceritakan tentang tikus yang ketakutan karena melihat seekor kucing. Itu sebabnya tikus tersebut pergi kepada tukang sihir untuk menyulapnya menjadi kucing. Setelah tikus tersebut jadi kucing, kembali lagi ia dicekam rasa takut karena melihat anjing. Maka segera saja ia kembali ke tukang sihir dan minta mengubahnya menjadi anjing. Setelah jadi anjing, lagi-lagi ia takut ketika bertemu dengan macan dan minta kepada tukang sihir untuk mengubahnya menjadi macan. Tetapi ketika ia datang lagi dengan keluhan bahwa ia bertemu dengan pemburu, si tukang sihir menolak membantu lagi, “Akan saya ubah kamu jadi tikus lagi, sebab, sekalipun badanmu macan, nyalimu masih tetap nyali tikus.”

Ketika kita percaya kepada Yesus, kita diubah menjadi manusia baru. Hanya sayang, kita seperti cerita klasik tersebut. Kita mengaku sudah menjadi manusia baru, tapi “nyali” kita tidak baru. Daripada mengijinkan Kristus menguasai kehidupan kita, kita lebih mengijinkan ketakutan yang menguasai kita. Bukan iman, tapi rasa kuatir. Bukan keberanian, tapi rasa cemas. Tak heran sukacita kita padam. Tak ada senyum. Tak ada keceriaan. Sebaliknya, kegelisahan dan ketakutanlah yang terungkap dari hidup kita.

Jadi, kita tidak perlu menjadi apa atau siapa. Yang terutama kita harus menjadi orang percaya yang mempercayakan segala sesuatu dalam hidup kita termasuk permasalahan kita kepada Yesus. Inilah saatnya kita membuktikan dan mengalami pertolonganNya seperti yang telah dialami, dinikmati dan disaksikan banyak orang.

Dalam Nehemia 9:19  dikatakan “Engkau tidak meninggalkan mereka di padang gurun karena kasih sayang-Mu yang besar. Tiang awan tidak berpindah dari atas mereka pada siang hari untuk memimpin mereka pada perjalanan, begitu juga tiang api pada malam hari untuk menerangi jalan yang mereka lalui.” (Yanrus)


Ketika Ia Leluasa Mendampingi Kita


Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."  (Yoh 20:29).

Tanpa melihat namun tetap percaya adalah hakekat iman Kristen. Menjadi orang Kristen berarti kita harus  “hidup karena percaya, bukan karena melihat.” (2Kor 5:7).

Berjalan dengan iman adalah mempercayai dengan sepenuh hati, pikiran dan jiwa sehingga Tuhan leluasa menuntun dan melindungi kita. Hidup dengan iman juga berarti percaya bahwa Dia ada di sana untuk menghibur, memberkati, dan mengasihi kita.

Iman menjadikan kita mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi bukanlah kebetulan “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.” (Ibr. 11:3).

Kita tidak bisa melihat Allah berdiri di pojok jalan sambil menepuk bahu orang atau menyembuhkan orang sakit di sana. Namun orang yang beriman mempercayai bahwa Ia ada di sana dan sedang melakukan penyembuhan.

Oleh karena itu janganlah kita seperti Tomas yang ragu-ragu. Sadarilah bahwa Yesus ada bersama kita dan menyertai kita. Sungguh membahagiakan ketika kita yakin bahwa hidup kita ada di tangan yang benar yang memimpin kita. Ketika kita mempercayai Dia dengan sepenuhnya berarti kita member kesempatan kepada-Nya untuk leluasa mendampingi kita.

Pastor Allen

Ada yang Lebih Pantas yang akan Dia Berikan


Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”(Luk 11:9-10)

Ayat tersebut di atas tidak mengandung pengertian bahwa apapun yang kita minta akan diberikan kepada kita, namun berarti bahwa jika yang kita minta adalah sesuai dengan kehendak Tuhan maka doa kita akan menjadi kenyataan. Bisa jadi yang kita minta justru akan menyakiti kita pada akhirnya karena kita tidak mengetahui tentang apa yang terjadi di masa depan.

Jadi saat Anda berdoa jangan takut untuk meminta kepada Tuhan sesuatu yang Anda ingini dan yang baik menurut pandangan Tuhan. Tuhan kita pernah berkata “Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan  mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu” (Yer 29:12-13)

Juga jangan mengira bahwa Tuhan telah meninggalkan Anda jika saat doa belum terjawab seperti yang diharapkan.  Dalam keadaan seperti itupun Anda harus mengingat doa yang pernah Anda naikkan dan berkatalah "Terima kasih, Tuhan karena Engkau  tidak menjawab doa yang itu! Ada yang Lebih Pantas yang akan Dia Berikan"

Jadi, jangan pernah kehilangan harapan setiap kali Anda berdoa karena firman Tuhan mengatakan “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16), Akhirnya, Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.  (1Tes 5:17-18)

Pastor Allen

Merendahkan Diri Demi Memuliakan Kristus

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”. (Efesus 2:10).

Kita seharusnya bangga karena Allah sengaja menghadirkan kita ke dunia untuk melakukan kehendakNya yang mulia. Allah berprakarsa dan menyimpan maksud  atas  hidup kita. Dan maksud itu tidak lain adalah supaya kita melakukan yang baik menurut takaran yang Allah tentukan. Kita diciptakan oleh Allah yang sama, tetapi kita memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian yang berbeda inilah yang menandakan kesungguhan Allah dalam menciptakan kita.

Jika Allah tidak secara serius dalam menciptakan kita, maka Ia tidak akan susah-susah mengukir kepribadian manusia sehingga kepribadian tersebut akan sama atau paling tidak mirip antara yang satu dengan yang lain. Menciptakan pribadi yang berbeda malah menyulitkan Allah sendiri. Kalau Allah tidak mau repot-repot dalam menciptakan manusia, maka Ia akan membuat manusia berpribadi sama dengan temperamen yang sama. Sebaliknya, apa yang ditemukan atau diciptakan manusia cenderung menjadi suatu produk yang berkarakter dan spesikfikasi yang sama. Akan tetapi, apapun keberbedaan kita,  Allah menghendaki supaya kita tetap mencerminkan citra Allah.

Kita harus mengenali diri kita sendiri.

Dalam  suratnya  Kepada Jemaat di Efesus,  Rasul Paulus menasihatkan supaya setiap orang terus menghayati keberadaan dirinya sendiri bukannya bersusah payah untuk menjadi sama seperti orang lain. Yang utama dari hal ini adalah mengenal dirinya sendiri sebagai buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik. Mengenali diri sendiri juga berarti bahwa setiap orang percaya harus menyadari kemampuan dan peranannya masing-masing.

Kristus adalah kepala bagi jemaat sedangkan jemaat adalah tubuh yang memiliki berbagai anggota. Allah berkehendak supaya anggota-anggota tubuh itu berfungsi dan bergerak sebagaimana seharusnya mereka berperan di bawah kendali kepala. Kalau para anggota tubuh misalnya tangan ingin menjadi seperti kaki dan sebaliknya, pasti ada sesuatu yang salah dan akan mengakibatkan kesalahan pula. Yang harus kita contoh dari orang lain adalah keteladanan dan sifat baik mereka, tetapi itu tidak berarti bahwa kita harus menempatkan diri kita pada tempat dan keadaan mereka.

Pandangan Kita atas diri kita haruslah menurut ukuran Allah.

Pandangan kita atas diri sendiri akan sangat mempengaruhi semua bidang kehidupan kita. Kalau pandangan kita atas diri kita sendiri berdasarkan firman Tuhan, maka kita akan menyadari bahwa kehidupan kita akan berharga bagiNya. Prinsip yang menjadi standard dunia berkata bahwa nilai seseorang ditentukan oleh kekayaan, jabatan atau pekerjaan orang itu Kalau jabatan atau pekerjaan berubah, nilai manusia juga  akan berubah.  Karena itu, kalau kita mengikuti filsafat dunia ini, nilai kita  akan berubah setiap kali keadaan kita berubah. Dengan demikian pandangan  kita atas diri sendiri sangat tidak stabil.

Allah mengasihi kita sebagaimana kita adanya, entah kita kaya atau miskin, pintar atau tidak, kuat atau lemah. Nilai kita  dihadapan-Nya tidak ditentukan oleh perubahan yang terjadi dalam diri  kita, atau di sekitar kita. Oleh karena itu setiap orang percaya harus menerima diri kita sebagaimana  adanya sama seperti Allah yang selalu menghargai keberadaan kita.

Kita harus Menerima Diri Sendiri.

Setiap orang diciptakan Allah secara unik dan masing-masing mempunyai kelebihan, keterbatasan  dan kekurangan masing-masing.  Tidak ada seorang pun yang sempurna selain Yesus! Sering kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Bila kita berbuat demikian, maka ada dua kemungkinan yang terjadi:  kita akan merasa lebih baik daripada orang lain sehingga kita menjadi sombong, jauh dari rendah hati. Kemungkinan yang kedua adalah bahwa kita akan merasa lebih rendah daripada orang lain sehingga kita kehilangan rasa harga diri. Mustahil seseorang bisa sombong dan rendah hati pada saat yang sama.  Ujung atau kaitan langsung dari meninggikan diri sendiri adalah merendahkan orang lain. Rasa puas dan bermegah dalam Kristus atas apa yang kita miliki atau atas apa yang kita capai menimbulkan dorongan untuk semakin maju. Sebaliknya, kesombongan dan rendah diri menjadikan kita makin mundur atau bahkan memundurkan sesama kita. (Soerjan-BM Edisi 255 Jan-Maret 2003)

Istilah-Istilah Antropologi Rasul Paulus


Dari semua penulis Perjanjian Baru Paulus memberikan dogtrin tentang manusia yang paling lengkap. Banyak dogtrin theologia berfokus pada istilah-istilah yang Paulus gunakan bagi manusia. Meskipun istilah-istilah itu sangat penting, namun mereka tidak dapat dipisahkan dri Perjanjian Baru secara keseluruhan. Tambahan pula Paulus menggunakan istilah-istilah itu secara berbeda-beda. Jadi sukar mendapat gambaran yang konsisten. Paulus tidak memberikan defenisi-defenisi yang jelas bagi istilah-istilah itu. Istilah-istilah utama yang digunakan adalah: psuche, pneuma, sarx, soma, kardia, nous (jiwa, roh, daging, tubuh, hati, pikiran)

Psuche (jiwa).

Jiwa paling tidak penting dalam istilah-istilah Paulus. Jiwa difunakan tigabelas kali. Penggunaannya sering dikalahkan dengan (oleh) roh. Kalau jiwa digunakan, sering berarti kehidupan manusia (Rm 11:3; 16:4; Flp 2:30).
Dalam 1 Tesolonika 2:8 artinya agak berbeda, yaitu, yaitu diri. Paulus menggunakan istilah apsukhos = tidak hidup, untuk obejek-objek yang tidak bernyawa. Jadi jelas, jiwa berarti hidup (1 Kor 14:7). Manusia sebagai mahluk hidup sangat berhubungan dengan psuche ini. dalam 2 Korintus 1:23, Paulus memanggila Allah sebagai saksi hidupnya ketika ia mau menekankan kebenaran kata-katanya. Penggunaan istilah ini sehari-hari biasanya ditambahi arti kehendak. Dukungan untuk hal ini hanya terdapat dalam Kolose 3:23 dan Efesus 6:6.
Di dalam Filipi 1:27, mungkin mempunyai arti kehendak, tetapi mungkin juga mempunyai arti keinginan. Tetapi dalam ayat ini, kata psuche berhubungan erat dangan pneuma. Pada suatu ketika Paulus menghubungkan psuche manusia dengan kejahatan (Rm 2:9), tidak berarti (di sini) bahwa psuche jahat, tetapi karena dia merupakan bagian dari keseluruhan manusia maka ia ikut dalam keseluruhan keadaan manusia yang berdosa.
Pemakaian yang serupa juga ada di Roma 13:1 di mana psuche menyatakan manusia secara keseluruhan (lihat 2 Kor 12:15). Dalam 1Korintus 2:14, psuchikos, manusia alami (natur=inspiritual) digunakan untuk manusia-manusia yang tidak lahir baru sebagai antitesa dari manusia pneumatikos. Di sini ada penggunaan yang agak berbeda tapi tetap tidak berarti bahwa psuche itu jahat.
Satu penggunaan psuche oleh Paulus (1 Tes 5:23) menyebabkan banyak perdebatan, apakah Paulus melihat manusia sebagai triad karena di sini psuche dihubungkan dengan tubuh dan roh (psuche, soma, pnema).
Jika di sini Paulus memberikan pendapatnya bahwa manusia terdiri dari triad, maka ini adalah satu-satunya dari semua tulisannya. Agaknay diragukan jika dalam ayat ini Paulus memberikan suatu pengajaran tentang unsur-unsur manusia. Jika ada ayat yang lain yang sesuai dengan pandangan ini. maka munkin pandangan triad ini benar. Karena dalam ayat ini Paulus ingin menekankan pemulihan manusia seutuhnya maka masuk akal kalau ia menggunakan semua istilah sebagai penekanan dan bukan sebagai defenisi.
Dalam 1 Korintus 15 Pulus manggunakan psuchikos dan pneumaikos, tapi di sini ia membandingkan orang-orang Kristen dan yang tidak Kristen. Dalam 1 Tesolonika 5 :23, ia berbicara pada orang-orang Kristen saja.Tetapi jelas dalam tulisan Pulus tidak ada ketegasan dalam penggunaan istilah. Harus jelas juga bahwa dalam tulisan-tulusan Paulus, ia tidak pernah mengajarkan filsafat Yunani tentang adanya jiwa (psuche) sebelum adanya tubuh (soma) yang satu tidak bisa ada yang lain. Berbeda dengan filsayat Yunani tentang adanya keagungan psuche, Alkitab asing dengan hal ini. Paulus juga tidak pernah mengajarkan kebebasan psuche dari soma (setelah mati). Dalam dogtrin Kristen, yang utama bukan psuche tapi pneuma. Konsep Perjanjian Lama yang menekankan psuche (70 kali untuk nephesh) diubah Paulus dengan pneuma karena ia melihat mansia dalam pengalamannya dengan Kristus.
Pneuma (roh)Meskipun pneuma banyak digunakan Paulus untuk Roh Kudus, namun ada banyak juga penggunaan yang lain. Di sini kita tikan membicarkan pneuma sebagai pengaruh rohani atau karunia dalam hidup orang percaya (dalam hal ini menggambarkan secara khusus kedaan orang Kristen yang memisahkan orang bukan Kristen dengan orang Kristen).
Kita ingin melihat dalam hal apa Paulus menggunakan pneuma untuk orang Kristen dan orang non-Kristen. Istilah pneuma jelas datang dari pekerjaan Roh Allah dalam keselamatan dan khidupan Kristen. Pekerjaan Roh Allah ini memberikan suatu demensi baru dalam hidup manusia. Manusia menjadi mahluk baru (2 Kor 5:17).
Tetapi Roh Allah bergerak di dalam dan melalui pribadi manusia. Ia bersaksi pada roh manusia ke ‘unsur’ manusia yang mempu memberi respon terhadap pengaruh ilahi (Rm 8:16). Ada perbedaan yang jelas antara Roh Kudus dan rioh manusia. Masalahnya sekarang ialah seberapa jauh kita dapat berbicra tentang pneuma manusia sebagai bagian dari manusia. Buat orang percaya, pneuma seakan-akan berarti keseluruhan manusia yang diberikan kepada Allah. Ini adalah manusia dalam persekutuan dengan Allah. Orang non Kristen tidak dapat bersekutu dengan Allah karena manusia alamiah, natur, psuchikos, tidak dapat mengerti hal-hal Allah ( 1Kor 2:6 dst).
Jika apa yang dimaksud oleh Paulus dengan roh manusia sendiri? To pneuma tou anthrophos (1 Kor 2:11).
Kalau kita membaca 1 Kor 15:45, kita melihat hal pseche Adam dibandinkan denagn pneuma Kristus yang memberi hidup. Kita tentunya (dari ayat ini) belum belum dapat berkata bahwa Adam tidak mempunyai roh alami. Yang lebih penting adalah ketika Roh Kudus bekerja dalam seseorang, Ia mengubah roh alami manusia dan menjadikan manusia itu ciptaan baru; atau bahwa waktu keselamatan diperoleh, Roh Kudus memberi pada manusia itu roh yang sebelumnya ia tikada punya.
Sukar bagi kita untuk menerima bahwa pneuma adalah sesuatu yang ditambahakan pada manusia. Lebih masuk akal jika roh manusia yang alami, yang dalam keadaan, sebelum selamat, tidak aktif, pada waktu mendapat keselamatan, dibangkitkan oleh Roh Allah. Jika hal itu benar, maka harus bedakan antara roh alamia manusia dan roh orang-orang Kristen. Meskipun hubungan mereka sangat erat. Waktu Paulus mengatakan bahwa rohnya disegarkan, ia menggunakan istilah pneuma secara umum; jadi berlaku juga untuk non Kristen (1 Kor 16:18; 2 Kor 4:13; 7:13).
Pneuma dalam hal ini sama dengan dir. Yang disegarkan adalah manusia secara keseluruhan dan tidak disebut-sebut tentang Roh Allah. Pneuma di sini mungkin juga berarti pikiran. Rasul
Paulus tidak menggunakan kata ini untuk angin atau nafas. Juga tidak untuk binatang-binatang. Pneuma adalah unsur yang lebih tinggi dalam manusia yang tidak jahat ataupun yang baik. Pneuma bisa dinajiskan (2 Kor 7:1) ataupun disucikan (1 Kor 7:34). Rupanya pneuma mempunyai pengaruh yang domian dalam seseorang. Dalam pikiran Paulus, pneuma hampir identik dengan psuche. Jika kita memiliki alasan dari ide Paulus tentang roh manusia, kita melihat ada persamaan yang besar antara dogtrin manusia dalam Perjanjian Lama dan dogtrin Paulus. Di dalam pengalaman-pengalaman agama mistik ada perbedaan besar dengan pengalaman Paulus tentang pneuma. Dalam mistik tidak dihubungkan dengan kewajiban moral. Keselamatan dalam agama misteri ini dihubungkan dengan suatu pengalaman ekstatis, sedangkan dalam kekristenan seperti dijelaskan Paulus, keselamatan merupakan proses pengudusan yang terus menerus. Juga dalam agama-agama misteri, roh itu di bawa ke alam lain sedangkan dalam orang-orang Kristen yang meskipun bukan dari dunia ini, ada dalam dunia dan tidak bisa tidak akan berhubungan dengan dunia ini. sebuah kontras lain ialah dalam pengajaran Pulus, kekalan rogh tidak terpisah dari tubuh.Paulus tidak jelas membedakan psuche dan pneuma waktu membicarkan kehidupan yang lebih tinggi. Kita dapat menyimpulkan bahwa penggunaan pneuma yang lebih luas oleh Paulus tampak dalam pengalaman lahir barunya di mana Allah yang sepenuhnya mengambil inisiatif. Psuche terlalu berpusat pada manusia bagi Paulus, sehingga tidak cocok digunakan sebagai istilah ajarannya.
Kardia (hati)
Kita berhutang kepad Perjanjian Lama di mana organ-organ tubuh digunakan untuk menyatakan emosi. Hanya sekali saja Pulus menggunakan istilah kardia sebabago pusat kehidupan (2 Kor 3:3), tetapi di sini bahkan digunakan sebagai kiasan. Dalam beberapa kasus, kardia digunakan untuk menyatakan keseluruhan manusia dalam. Paulus melihat Kardia sebagai pelaksanaan iman (Rm 10:10). Dan yang menyatakan komitmen keseluruhan seseorang kepada Kristus.
Allah menyinari kardia ini “supaya kita peroleh terang dari pengetahuan tentang kemuilaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” (2 Kor 4:6; lihat juga Ef 1:18). Kalau kita membandingkan 2 Kor 1:22 dengan 5:5, kita melihat bahwa garansi Roh dalam hati kita sama dengan garansi dalam kita yang menyatakan bahwa hati adalah keseluruhan manusia.Kristus dikatakan tinggal di dalam hati (Ef 3:17), Roh dikirimkan dalam hati (Gal 4:6) dengan damai Kristus bagi orang-orang Kristen (kol 3:16). 
Karena kardia di dalam keadaan alamianya tidak menyembah kepad Allah (dikhususkan kepada Allah), tidak mengherankan kalau ada pernyataan-pernyataan tentang korupsi-korupsi dalam hati. Nafsu bangsa-bangsa disebabkan karena hati mereka (Rm 1:24). Hati juga bisa keras da tidak mau bertobat, dalam hal menimbulkan murka bagi dirinya sendiri (Rm 2:5). Tetapi meskipun demikian, hati itu sendiri tidak jahat dengan sendirinya. Ia bisa taat ataupun bisa berontak (Rm 6:17). Paulus menyatakan keinginan yang kuat bagi bangsanya sendiri sebagi keinginan hatinya (Rm 10:1). Jadi hati dianggap tempat dari emosi. Paulus menyatakan ‘cemas’ dan ‘sesak’ dalam hatinya bagi orang-orang Korintus (2 Kor 2:4).Ketika Pulus menggunakan kata sifat ‘sia-sia’, ‘bodoh’ tentang hati bangsa-bangsa dalam Roma 1:21, ia tidak bermaksud bahwa hati itu sendiri sia-sia, tetapi bahwa karena kegagalan moral, hati bersifat demikian.
Kadang-kadanga hati juga digunakan untuk kehendak (1 Kor 4:5) di mana Tuhan bermaksud untuk menyatakan hati-hati manusia (lihat 1 Kor 7:37). Jika dalam 2 Korintus 7:2 Paulus mengajar orang Korintus untuk membuka hati mereka, ia menggunakan istilah kardia sebagai pusat emosi oeang-orang Kristen. Hal yang serupa ada juga dalam Felemon 7 dan 20, meskipun digunakan kata splamgna dan tidak kardia. Sesuai dengan pengaruh Ibrani, menyegarkan hati berarti menyegarkan seluruh pribadi itu. Pau;us tidak ketat dalam menggunakan istilah-istilah fisik untuk arti kiasan, kardia digunakan terutama untuk menyatakan emosi dan hal-hal kehendak, kardia harus dibedakan dari nous (pikiran) yang dugunakan untuk aktivitas mental. 
(Febrian Lumintang)

Memberi & Menerima Pengaruh yg Semestinya



  • Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. (Yoh. 21:3).
Adalah keharusan bagi setiap orang, siapapun dia, untuk berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk dengan sesamanya. Dalam interaksi tersebut terjadilah situasi saling mempengaruhi. Simon Petrus berkata: "Aku pergi menangkap ikan." Mereka menjawab: "Kami pergi juga dengan engkau." Para murid ini berada dalam situasi yang sama, senasib sepenanggungan. Paska kematian Yesus, hidup mereka dicekam ketakutan luar biasa. Mereka masih trauma dengan kekejaman orang Yahudi dan tentara Romawi. Para murid juga tahu bahwa ketika menginterogasi Yesus, Imam Besar bertanya kepada Yesus tentang ajaran-Nya dan murid-murid-Nya.

Orang-orang awam sipilpun mencurigai Petrus. Keluarga dari Maltus yang dipotong telinganya oleh petrus juga mencurigai Petrus. Itulah suasana ketakutan luar biasa. Itulah suasana dan situasi dimana Yesus tidak ada di tengah-tengah mereka. Demikian juga, mereka tereliminasi secara sosial. Mereka dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Mereka takut kepada orang banyak.
Sepeninggalan Yesus, para murid itu kalang-kabut bagaikan anak ayam kehilangan induk. Tidak ada lagi panutan, tidak ada lagi figur yang bisa mereka jadikan tempat memperoleh kekuatan.
Lebih celaka lagi, tanpa hadirat Kristus mereka dibutakan secara rohani. Karena kebutaan rohani, Simon Petrus berinisiatif untuk menangkap ikan. Demikian pula, para koleganya terpengaruh dengan apa yang akan dilakukan Simon Petrus, menjala ikan. Sebelumnya, begitu turun gunung, Yesus menjumpai murid-murid pertama dan menetapkan mereka menjadi pejala manusia, beralih dari profesi menjala ikan.

Seolah-olah mereka melupakan hal itu. Rancangan Yesus adalah bahwa mereka harus beralih profesi dari menjala ikan menjadi menjala manusia. Kalaupun mereka kembali kepada profesi yang lama, itu pasti ada hal-hal yang tidak semestinya. Hal itu pasti disebabkan tidak adanya keterlibatan Yesus di tengah-tengah mereka. Memang ayat ini tidak boleh diartikan bahwa semua penjala ikan itu tidak baik atau sebaliknya penjala manusia itu mesti baik. Yang perlu ditekankan di sini adalah pesan yang mengatakan bahwa setiap orang harus ingat dan sadar akan panggilan Allah, yakni melayani.
Demikianlah yang akan terjadi jika kita tidak mengundang Yesus ke dalam persekutuan kita. Tanpa adanya Yesus di tengah-tengah persekutuan kita maka ada kemungkinan kita memberi pengaruh yang tidak semestinya kepada orang lain atau sebaliknya menerima pengaruh yang tak semestinya dari orang lain.

–Soerjan - Berita Mimbar

Bekerja dan Berdoa


Suatu ketika ketika serombongan wisatawan sedang menikmati liburan dengan berperahu di suatu telaga di Skolandia, tiba-tiba hujan badai turun dan mengancam keselamatan mereka. Saat kesulitan nampak benar-benar mengancam, salah seorang di antara wisatawan, yang berbadan paling besar dan paling kuat, dalam keadaan takut berkata, “Mari kita berdoa." Namun pak tua si tukang perahu menyahut, "Tidak, Tidak Tuan. Biar yang badannya kecil saja yang berdoa. Anda pegang saja dayungnya dan ikut mendayung."
Majalah Berita Mimbar

Kasih Persaudaraan


Seorang pengajar sedang mengajarkan kebenaran di pelajaran kelas Alkitab anak. Dia bertanya kepada mereka, “Jika saya kebetulan melihat orang sedang memukuli seekor keledai dan saya menghentikan dia, kebenaran apa yang sedang saya tunjukkan?” Suara lirih dari salah seoarang murid menjawab, “Kasih Persaudaraan."

Majalah Berita Mimbar

Memanggil NamaKu



Tahukah anda arti dari  “Memanggil Nama Tuhan” ? Untuk kebanyakan orang , memanggil  nama Tuhan  merupakan suatu  bentuk  ucapan popular – “Oh Tuhan”  ini  atau “Oh Tuhan” itu  yang diungkapkannya dalam situasi yang sulit dan penuh frustrasi . Tuhan tidak menghendaki anak-anaknya menjadi begitu sombong dalam menggunakannama-Nya, tetapi yang dikehendakinya adalah  menerima Dia dan menggunakan nama-Nya dengan penuh keseriusan.

Bahasa Ibrani untuk kata  “memanggil” mengandung pengertian bahwa kata ini ditujukan kepada  pribadi yang spesifik dan dengan permohonan yang spesifik pula. Jarang bahwa nama Allah digunakan dengan cara gaduh dan serampangan. Kenyataannya orang-orang suci dalam Perjanjian Lama memanggil nama Tuhan  dengan tindakan yang sangat hormat didorong oleh pertolongan dari Tuhan Yehovah, nama yang tidak boleh diucapkan dengan sembarangan dan kasar.

Pemanggilan nama Allah diawali dari apa yang dicatat dalam Kejadian 4:26, yaitu setelah anak Set, Enos lahir, “sejak saat itu manusia mulai memanggil nama Allah”. Hingga pada saat ini manusia melakukan pengorbanan dalam menyembah Dia, tetapi tidak meminta apa-apa dari pada-Nya.

Situasi ini menandakan adanya suatu konsep baru dalam komunikasi dengan Allah Sang Pencipta;  “Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya” (Maz 34:7).   “Dalam kesesakan engkau berseru , maka Aku meluputkan engkau ; Aku menjawab engkau dalam persembunyian guntur” (81:8) ; “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui ; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat.”  (Yes 55:6)

Berseru memohon pertolongan tidaklah asing untuk kita. Dalam bagian lain, kita dianjurkan untuk mengakui ketidakmampuan kita  dan memohon untuk meminta pertolongan.  Dalam wilayah yang menyangkut  masalah  rohani, dilemma yang terbesar datang saat pengambilan keputusan adalah siapa yang akan dimintai pertolongan.

Ajaran dan filosofi  “New Age” menyatakan bahwa manusia terdorong untuk  berseru pada  “allah sesuai dengan yang kita kenal berupa dewa atau dewi” atau berseru  kepada kekuasaan yang lebih tinggi”.  Alkitab dengan gamblang dan jelas menyatakan bahwa hanya ada satu Sumber yang  melegitimasikan pertolongan , - Allah Tuhan langit dan bumi . Tentunya dengan  alasan yang jelas mengapa hal itu sangat spesifik.

Beberapa waktu lalu saya menyaksikan  suatu interviu pribadi di televisi yang menunjukkan bahwa pola hidup tidak lagi mengindikasikan bahwa yang diwawancarai itu mengenal atau melayani Tuhan. Ketika suatu tabloid tertentu mencetak kisah yang  memfitnah wanita tersebut beserta suaminya. Mereka menyatakan untuk menyerahkan seluruh situasi mereka kepada  “kekuasaan yang lebih tinggi”. Sebagai akibatnya keesokan hari seseorang datang ke rumah mereka dengan segudang tuntutan terhadap tabloid tersebut untuk menggugat pemiliknya dengan “berjuta juta dollar.”  Orang yang tidak mengajukan tuntutan sesuai dengan Firman Tuhan, mengatakan bahwa ia  memilih untuk berharap pada “tuhan  sebagaimana yang diketahuinya, dan akan mendapatkan jawaban jika ia memanggil namanya.  Tetapi siapa yang menjawab? Sahabatku, kita sedang hidup dalam situasi yang berbahaya. Allah maha besar  dari alam semesta mengundang: “Berserulah kepadaKu, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui.”  (Yer 33:3).
Apa lagi yang kita butuhkan?!.Jan Silvious
BeritaMimbar/Pulpit Helps./Okt. 05/. p13

MUTIARA KATA


1.   Kekhawatiran adalah ruangan gelap dimana hal-hal negative berkembang biak di sana
2.   Dengan banyak berlutut menjadikan Anda kuat berdiri.
3.   Jangan tunggu sampai enam orang menggotong Anda masuk gereja
4.   Berolahragalah setiap hari. Berjalanlah bersama Tuhan.
5.   Tuhan tidak memanggil orang yang berkualitas tetapi Ia memberi kualitas kepada orang yang
      dipanggil.
6.   Dia yang bersujud di hadapan Allah akan mampu berhadapan dengan siapapun.
7.   Banyak orang yang ingin melayani Tuhan, tapi sebatas sebagai pemberi saran.
8.   Buat rencana ke depan bersama Tuhan. Waktu itu Nuh merencanakan bahtera bukan pada saat
       musim hujan.
9.   "Doa" adalah satu kata yang dapat Anda ucapkan dimanapun dan kapanpun.
10. Doa bukanlah untuk memberi arahan kepada Tuhan, melainkan untuk memberi laporan.
11. Hampir diselamatkan sama saja dengan benar-benar terhilang.
12. PERINGATAN: Dekat dengan ANAK bisa mencegah terbakar,
13. Hikmat memiliki dua unsur: 1. Banyak yang harus diucapkan 2. Sama sekali jangan mengucapkan
      apapun
14. Jangan pernah memberi Iblis tumpangan supaya ia nantinya tidak selalu menyetir Anda.
15. A family altar can alter a family.(Altar keluarga dapat merubah keluarga)
                                                                                                                                                          Pastor Allen

MENGUJI KEMURNIAN IMAN


Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! … dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Wah 2:10)

Seringkali dalam hidup ini iman kita diperhadapkan dengan ujian. Ada saatnya kita merasa bahwa Allah meninggalkan kita karena doa-doa kita belum terjawab seperti yang kita harapkan. Ketahuilah bahwa Firman Tuhan mengatakan “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”  (1Pet 1:6-7)
Juga perlu kita pahami bahwa kadang-kadang doa kita tidaklah sama dengan kehendak terbaik-Nya untuk kita. “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”  (1Yoh 5:14).
Tanpa kita sadari seringkali yang kita doakan justru memungkinkan berbuntut pada luka hati kita sehingga Bapa kita di sorga mencegah hal itu terjadi. Benarlah bahwa ada kalanya kita benar-benar tidak memahami jalan Tuhan “tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah”. (1 Kor 2:11).
Kita tidak pernah mampu memikirkan betapa Ia mengasihi kita sehingga Ia tak akan pernah membiarkan kita sendirian dan tak pernah bermaksud menyakiti kita.  Dengan demikian kita harus menjaga iman kita agar tetap tersadar bahwa apapun yang terjadi pada kita, Dia-lah Pemegang kendali. Penting bagi kita untuk “hidup karena percaya, bukan karena melihat: (2Kor 5:7) dan mengimani bahwa   Tuhan mengerti yang terbaik untuk kita, bahkan ketika doa belum terjawab.  -Pastor Allen

Siap Bagi Kedatangan Sang Raja
“Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Mat 24:32)
I. Kesegeraan kedatanganNya (1 Korintus 15:52)
   A. Tatkala orang berdosa terakhir diselamatkan (KPR 15:14)
   B. Tatkala Allah Bapa mempersembahkan sang pengantin wanita kepada AnakNya (Wahyu 21:9)
   C. Tatkala jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk (Roma 11:25)
II. Tragedi dari kedatanganNya (1 Tesalonika 4:17)
    A. Malapetaka bagi mereka yang menolak Dia (2 Tesalonika 2:12)
    B. Tidak ada kesempatan kedua untuk bertobat (2 Tesalonika 2:11)
    C. Penghakiman masa depan di tahta putih yng agung (Wahyu 20:11-15)
III. Keberkatan dari kedatanganNya (1 Tesalonika 4:17)
     A. Penghiburan dilimpahkan (1 Tesalonika 4:18)
     B. Nubuat perjamuan suci digenapkan (1 Tesalonika 4:18)
     C. Kebangkitan mulia para orang kudus (1 Korintus 15:51-57)
IV. Pengembalian orang-orang percaya ke dalam terang kedatanganNya (2 Petrus 3:11)
     A. Berjalan dengan hati-hati dalam saat penebusan (Efesus 5:15,16)
     B. Berjalan di dalam kesempurnaan kehendak Allah (Roma 12:2)
     C. Berjalah di dalam hikmat menjangkau jiwa-jiwa (Amsal 11:30)
Berita Mimbar 01Jan90

Banyak Cara Dia untuk Menolong Kita

(Rev. J.H. Lesnussa-Berita Mimbar Magazine)

Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu. (1Raj.17:6). Kalau saja semua orang mencontoh burung-burung gagak itu maka kecil sekali kemungkinan terjadinya berbagai penyimpangan finansial alias korupsi di negeri ini. Mengapa? Burungburung gagak yang sering dianggap sebagai burung liar ini tidak menganggap bahwa makanan berupa roti dan daging yang mereka peroleh itu untuk diri mereka sendiri. Dengan kata lain, mereka tahu yang mana atau seberapa yang menjadi haknya. Hal ini bukan berarti bahwa burungburung itu memberi Elia sisa dari yang mereka makan.

Tidak diceritakan secara teknis bagaimana penyaluran makanan tersebut, tapi dipastikan bahwa burung itu dengan sengaja membagi sesuai porsinya. Mereka mengambil yang menjadi haknya dan memberikan porsi yang lain untuk hamba Allah. Menakjubkan bukan? Dari kisah tersebut timbullah pertanyaan, bagaimana mungkin hal itu terjadi? Bagaimana mungkin burung bisa bertindak seperti (bahkan lebih baik) dari manusia. Secara alami, burung hanya akan memikirkan sesama spesiesnya. Jawabnya sederhana, karena burung itu diperintahkan oleh Tuhan (burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.” ayat 4).

Oleh kuasaNya, Allah memampukan burung itu untuk berbuat seperti manusia. Bahkan bisa dikatakan perbuatan burung itu lebih baik dari perbuatan sebagian manusia yang adalah ciptaan tertinggi dari Allah. Satu hal yang pasti dari kisah ini adalah Allah memiliki banyak cara untuk menolong umatNya. Cara-cara Allah sering kali mengherankan sekaligus mencengangkan. Ini selaras dengan apa yang Dia firmankan dalam Pil 4:7: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Dialah jawaban atas persoalan dan kebutuhan kita. Situasi sekeling kita, yang kita lihat yang kita dengar boleh saja sulit bahkan terasa tak mungkin dijadikan tempat bergantung, namun Penolong kita turut berkarya dalam situasi itu.

Banyak orang berdiam diri melihat kesusahan saudaranya. Lebih memprihatinkan karena tidak jarang dan tidak sedikit manusia menyakiti dan merugikan sesamanya. Dalam hal motivasi, dipastikan bahwa gagak-gagak itu tidak memiliki pamrih saat mereka melakukan kebaikan terhadap Elia. Mereka tidak mengharapkan apapun sebagai balasan atas kebaikan yang mereka lakukan. Kebaikan seperti ini hendaknya menjadi keteladanan di saat tidak banyak situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi orang untuk melakukan kebaikan tersebut. Inilah saat bagi setiap orang percaya untuk menyadari panggilannya sebagai utusan kasih sorgawi bagi jiwajiwa yang terhilang dan bagi mereka yang mengalami kekurangan. Nampaklah jelas bahwa kebaikan burung itu terjadi hanya oleh karena burung itu bertindak sebagaimana yang diperintahkan Allah. Perbuatan burung itu memberi manfaat bagi Elia. Ini merupakan sesuatu yang indah untuk direnungkan. Secara visual, itu juga merupakan pemandangan yang indah untuk disaksikan. Hal yang sama juga harus terjadi dalam kehidupan orang percaya. Untuk bisa mendatangkan halhal yang indah, seseorang harus melakukan perintah Allah. Kebaikan harus dilakukan karena itu merupakan perintah Allah, bukan karena pamrih. Mernang itulah kewajiban kita sebagai manusia, yaitu berbuat kebaikan.